Ganjar

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Ganjar
Ganjar Pranowo. Foto: arsip JPNN.com/Ricardo

jpnn.com - Lamun sira sekti aja mateni, lamun sira banter aja ndisiki, lamun sira pinter aja minteri (Jika kamu sakti jangan membunuh, jika kamu cepat jangan mendahului, jika kamu pandai jangan memintari).

Kalimat itu adalah deretan tiga filosofi Jawa yang diucapkan oleh Jokowi beberapa saat setelah menang Pilpres 2019. Setelah memenangi pertarungan dahsyat melawan Prabowo, Jokowi ternyata kemudian merangkul mantan Danjen Kopassus itu dan membawanya masuk ke kabinet menjadi menteri pertahanan.

Ketika menjelaskan alasan langkah politiknya, Jokowi mengutip tiga filosofi Jawa itu. Secara tidak langsung Jokowi mengatakan bahwa dengan memenangi pilpres, dia mendapatkan kesaktian sebagai seorang presiden.

Baca Juga:

Dengan kesaktian itu dia bisa membunuh siapa saja lawan-lawan politiknya. Namun, Jokowi memilih tidak membunuh lawan politiknya. Dia malah merangkulnya.

Jika kamu cepat jangan mendahului. Jokowi ingin mengatakan bahwa harmoni dan keserasian adalah nilai luhur dalam budaya Jawa.

Meskipun kamu punya kecepatan tetapi jika lari sendirian di depan, barisan akan kacau dan tidak tercapai harmoni. Bagi orang Jawa, harmoni, keselarasan, sangatlah penting untuk menciptakan ketenteraman hidup.

Baca Juga:

Jokowi ingin menyampaikan message kepada semua orang agar menjaga harmoni dan keselarasan dengan tetap menjaga barisan dan tidak saling mendahului.

Jika kamu pandai jangan mengakali yang lain. Jokowi mengingatkan bahwa kepandaian tidak ada artinya kalau menjadikan seseorang arogan dan merasa paling pintar, apalagi jika memakainya  untuk mengakali seseorang.

Pernyataan Bambang Pacul merupakan serangan langsung kepada Ganjar Pranowo sebagai kader PDIP yang kini menjadi gubernur Jateng.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News