Geger Data Angka Kematian Covid-19 Dihapus, Begini Respons Guru Besar FKUI

Geger Data Angka Kematian Covid-19 Dihapus, Begini Respons Guru Besar FKUI
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama angkat bicara terkait penghapusan data kematian akibat Covid-19. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama angkat bicara terkait penghapusan data kematian akibat Covid-19.

Prof. Tjandra menilai indikator angka kematian diperlukan dalam menilai situasi epidemiologi. Data kematian merupakan indikator epidemiologi utama untuk menilai berbagai penyakit di dunia.

"Kalau data yang tersedia dianggap tidak baik, maka datanya yang harus diperbaiki," kata Tjandra Yoga Aditama melalui pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.

Dia menegaskan data kematian adalah yang sangat penting. "Karena kalau sudah meninggal, tentu tidak bisa kembali lagi," katanya.

Eks Direktur WHO Asia Tenggara itu mengatakan angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia termasuk kategori tinggi.

Dia membandingkan pada waktu India sedang mengalami lonjakan kasus yang tinggi, jumlah kematian terbanyak sekitar 5.000 jiwa per hari.

"Penduduk India empat kali Indonesia, jadi kalau jumlah kematian kemarin (10 Agustus 2021) adalah 2 ribu orang, maka kalau dikali empat angkanya, menjadi 8 ribu," katanya.

Dia juga menjelaskan pada awal Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, Sabtu (3/7), jumlah orang yang meninggal dalam sehari berjumlah 491 jiwa.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama angkat bicara terkait penghapusan data kematian akibat Covid-19 yang dilakukan oleh pemerintah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News