Geothermal Bali Dikaji Ulang

Energi Terbarukan untuk Listrik

Geothermal Bali Dikaji Ulang
Geothermal Bali Dikaji Ulang
JAKARTA - Masyarakat Indonesia sudah saatnya meninggalkan bahan bakar minyak (BBM) sebagai pembangkit listrik dan beralih menggunakan energi lain yang lebih murah seperti gas dan panas bumi. Demikian yang ditegaskan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik, Senin (26/12).

Sebagai contoh, lanjut dia, Provinsi Bali membutuhkan suplai listrik sebesar 600 MW. Tapi yang mampu disediakan sampai saat ini baru sebesar 400 MW, yang semua pembangkitnya dari BBM (bahan bakar minyak). Sementara 200 MW sisanya dipasok dari Jawa.

Padahal, Bali memiliki potensi panas bumi yang cukup besar untuk dijadikan energi listrik. Potensi panas bumi itu kini tengah dikembangkan di Bedugul. Pengembangan panas bumi (geothermal) di Bedugul yang direncanakan berkapasitas 3 x 55 MW masih dalam tahap pengkajian ulang agar dapat memenuhi pasokan listrik di Bali.

"Mari kita lestarikan hutan dan panas buminya. Kita gunakan untuk pembangkit listrik, sehingga tidak ada lagi kekurangna pasokan listrik, dan tujuan kesejahteraan rakyat bisa tercapai," kata Jero Wacik yang asal Pulau Dewata ini.

JAKARTA - Masyarakat Indonesia sudah saatnya meninggalkan bahan bakar minyak (BBM) sebagai pembangkit listrik dan beralih menggunakan energi lain

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News