Godaan Wan Chai

Oleh Dahlan Iskan

Godaan Wan Chai
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Saya terus melangkah. Sepak bola lebih menggoda.

Keesokan harinya saya dimarahi Robert Lai. Kok tidak mau mengajaknya bersama.

Saya tidak sampai hati membangunkan Robert pada jam seperti itu. Keluar kamar pun saya sangat hati-hati agar istri tidak terbangun.

Sebenarnya enak juga kalau bisa bersama Robert. Agar kami bisa memesan bir dan air putih hangat --birnya untuk ia. Kasihan barnya kalau ke situ hanya beli air putih hangat.

Akhirnya saya memesan air putih dan cola --yang terakhir itu saya tinggalkan utuh. Namun saya pernah kasihan saat mengajaknya nonton bola pada jam seperti itu. Ia tertidur.

"Wan Chai masih seru?" tanyanya.

Saya ceritakanlah bahwa saya ditawari masuk kelab malam. Di setiap depan pintu nightclub di sepanjang Wan Chai.

"Dulu di situ ramai sekali. Saya dengar sekarang sudah jauh lebih sepi," ujar Robert.

Sesekali saya ditawari masuk ke nightclub itu. Yang menawari adalah wanita-wanita yang dadanya setengah terbuka. Dan roknya di atas lutut --atas jauh.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News