Gunakan Standar Ganda, Greenpeace Diminta Diaudit

Gunakan Standar Ganda, Greenpeace Diminta Diaudit
Gunakan Standar Ganda, Greenpeace Diminta Diaudit
"Greenpeace tidak lagi mengkritisi Freeport, Exxon Mobil dan lain-lainnya. Ini bukti Greenpeace telah menggunakan standar ganda, yang merupakan bagian dari karakter politik global modern, dan salah satu bentuk dari konversi imperialisme. Kalau dulu imperialisme ditandai kehadiran fisik kekuatan asing dengan kekuatan militer yang disebut imperialisme klasik, tapi kini imperialisme hadir melalui mekanisme politik sosial dan ekonomi," imbuh Boni.

Pembicara lain dalam acara yang sama, Agus Purnomo, yang juga adalah Staf Khusus Presiden bidang lingkungan, mengakui ada laporan Greenpeace yang bagus dan positif, tapi banyak juga yang menggunakan data palsu, bohong dan merugikan negara. Termasuk (yang palsu) tentang "Protection Money" yang menganalisa pemerintahan SBY akan membabat hutan seluas 63 juta hektar sampai 2030, untuk pengembangan pulp, palm, oil, pertambangan dan energi terbarukan.

"Kita bingung, dia menemukan data itu dari mana. Juga 24 juta hektar hutan untuk hutan tanaman idustri (HTI). Berarti ada 11 juta hektar yang bisa digunakan untuk memperluas hutan untuk HPH, dan juga untuk di-restore pada kawasan restorasi," katanya.

Greenpeace, kata Agus, juga menyebutkan ada kerjasama antara Indonesia-Norwegia senilai 1 miliar dolar AS, yang berpotensi dikorupsi oleh pejabat Indonesia. Padahal menurut Agus pula, kerjasama itu sifatnya bertahap dan uangnya pun belum cair.

JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Boni Hargens, meminta pemerintah dan DPR memanggil pimpinan Greenpeace Indonesia, guna

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News