Gunung Kawi

Oleh: Dahlan Iskan

Gunung Kawi
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Di Kawi lah pertunjukan wayang terbanyak se Indonesia. Saking banyaknya, satu malam bisa ada dua pertunjukan. Di gedung itu sudah tersedia gamelan, pakeliran berikut penabuhnnya.

Dalangnya bisa dibawa dari luar tapi lebih banyak menggunakan dalang domestik.

Setelah Masjid Agung itulah, juga di kanan jalan, kelenteng Dewi Kwan Im berada. Baik masjid maupun kelenteng yang membiayai pembangunannya sama: Liem Sioe Liong.

Di seberang kelenteng itu, di kiri jalan ada bangunan sanggar pemujaan. Kelihatannya untuk aliran Kejawen.

Tentu saya juga masuk ke kelenteng Kwan Im. Meletakkan bunga di depan sang Dewi. Saya ikut saja apa yang dilakukan Suhu. Lalu pindah ke ruang ciamsi di sebelah Kwan Im.

Untuk kali pertama saya melakukan ciamsi: melempar dua keping benda ke atas. Setelah keduanya jatuh ke lantai baru diketahui apakah saya boleh melakukan aktivitas berikutnya: mengocok ciamsi.

Sampai salah satu benda mirip chop steak itu ada yang jatuh ke lantai. Ada nomor di benda itu: nomor saya 29.

Saya harus bertanya apakah saya boleh menggunakan nomor itu. Caranya bertanya: saya harus menjatuhkan benda dua keping tadi.

Anda mungkin lebih tahu mengapa Gunung Kawi lantas bertransformasi menjadi lambang tempat berdoa untuk menjadi kaya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News