Gunung Kawi

Oleh: Dahlan Iskan

Gunung Kawi
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap, pengikutnya lari ke segala arah. Termasuk ke Tegalsari di Ponorogo dan ternyata ada yang sampai ke Gunung Kawi ini.

"Benar sekali. Beliau salah satu panglima perang Diponegoro," ujar Yana.

"Berarti ada pohon sawo kecik di lingkungan ini?" tanya saya.

"Iya. Ada. Pohonnya di sana itu," jawabnya. "Juga ada pohon dewa ndaru," tambahnya.

Salah satu yang ikut lari ke Kawi ini adalah seorang Tionghoa. Namanya dikenal dengan Pek Yam (Tan Ki Yam). Ia orang kepercayaan Mbah R.M. Imam Soedjono. "Makam beliau di sana itu," ujar Yana.

Maka makam paling keramat di Gunung Kawi ini sebenarnya makam ulama tarekat. Para pejuang di arus depan Perang Diponegoro adalah para ulama tarekat.

Anda mungkin lebih tahu mengapa Gunung Kawi lantas bertransformasi menjadi lambang tempat berdoa untuk menjadi kaya.

Saya pun sering menjadikan Gunung Kawi sebagai contoh dalam ceramah tentang fokus: Gunung tidak perlu tinggi, yang penting ada Dewanya; sungai tidak perlu dalam yang penting ada naganya.

Anda mungkin lebih tahu mengapa Gunung Kawi lantas bertransformasi menjadi lambang tempat berdoa untuk menjadi kaya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News