Gunung Salak, Apa Kabarmu Kini?

Gunung Salak, Apa Kabarmu Kini?
Ilustrasi Gunung Salak. Foto: Radar Bogor

Ada tiga kategori KRB. Kata kategori itu adalah KRB I, II, dan III. Pertama, KRB III. Dilihat dari posisinya, KRB III merupakan kawasan yang letaknya paling dekat dengan sumber erupsi yang sering terlanda gas racun, lontaran batu, aliran lava, erupsi freatik, dan juga awan panas. Jika merujuk pada sejarah, KRB III ini berada dari kawasan 0,5 hingga 1,5 KM dari pusat erupsi.

Oleh karena itu, KRB III adalah kawasan yang haram untuk dijadikan hunian masyarakat ataupun kawasan wisata. Kris mewanti-wanti agar tidak mendekat ke wilayah KRB III sekali pun untuk pendakian.

“KRB III atau istilahnya Hard Zone III. Ini kawasan yang paling berbahaya. Pada kondisi normal, bisa saja terjadi aktivitas di sekitar kawah,” tukasnya.

Jika melihat kondisi visual saat ini, wilayah-wilayah yang masuk KRB III ini memang tak dihuni penduduk. Sebab wilayahnya lebih didominasi area perkawahan. Deretan kawah-kawah itu antara lain berada di wilayah bebukitan Gunung Sumbul, antara lain Kawah Paeh, Kawah Niang, Kawah Ratu, dan Kawah Hidup.

Berikutnya adalah Kawasan Rawan Bencana II. Jika dilihat dari sifatnya, KRB II adalah wilayah-wilayah yang jika gunung api mengeluarkan erupsinya akan menyebar material-material vulkanik seperti aliran pirolastik, aliran lava, lahar, base surge, gas racun, lontaran batu pijar, dan material lainnya. Mayoritas berada di ketinggian 1.500 MDPL.

“KRB II paling parah berada di sekitaran radius hingga 3 KM dari pusat lingkaran pusat erupsi,” katanya. Beberapa desa di Kecamatan Pamijahan paling potensial menjadi ruang gerak persebaran sisa-sisa erupsi. Jangkauan KRB II antara lain dari pusat Sungai Cibojong, Cikuluwung, dan juga Cigamea yang kemudian bermuara ke Sungai Cianteun.

Terakhir KRB I. Jangkauan wilayah KRB I berada di sekitar radius 42.6 KM dari pusat erupsi. Yang menjadi target persebaran KRB I adalah sungai dan potensi pergerakan semburan abu vulkanik apabila terjadi letusan. Sebab, di wilayah ini aliran lahar memungkinkan untuk mengalir dari beberapa sungai.

Di antaranya Ciapus, Cihideung, Cinangneng, Ciampea, dan Cijagapati. Sungai-sungai tersebut mayoritas bermuara di Sungai Cisadane. “Kalau pun ada banjir bandang akibat lava, yang paling terdampak tentunya wilayah Pamijahan. Untuk wilayah KRB I ini adalah pusat sasaran evakuasi. Kami akan memberikan pesan kepada instansi terkait di setiap status yang kami berikan. Tentunya itu semua melihat dari potensi sumber lava,” papar Kristianto.

Selama ratusan tahun sejak letusan hebat tahun 1699, Gunung Salak masih tertidur.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News