Guru Besar IPB: Sejarah Jangan Dibuat Proyek Instan yang Asal Jadi
jpnn.com, JAKARTA - Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Asep Saefuddin ikut menanggapi polemik Kamus Sejarah Indonesia jilid I.
Kamus terbitan Kemendikbud itu menjadi kontroversi setelah hilangnya nama tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy'ari serta sejumlah tokoh penting lainnya dalam sejarah Indonesia.
Menurut Prof Asep, sejarah adalah salah satu unsur mendasar kedaulatan negara dari perspektif kemajuan, sejarah adalah salah satu fondasinya.
"Lihat kemajuan Jepang, Korea Selatan, German, USA, Inggris, dan banyak negara maju yang memelihara sejarahnya dengan baik," kata Prof Asep dalam pesan elektroniknya kepada JPNN.com, Senin (26/4).
Menurut Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia ini, sejarah bisa menjadi inspirasi dan motivasi generasi lanjut untuk meneruskan perjuangan tokoh-tokoh sejarah dengan situasi kontemporer.
Namun, pada hakikinya tetap sama, seperti kecintaan terhadap bangsa dan negara itu tidak boleh berubah. Model dan caranya bisa saja berubah, prinsipnya harus tetap.
"Bila kita melupakan sejarah, kemajuannya hanya superfisial, tidak mendasar, dan tidak akan kokoh sehingga negara itu akan labil," ucapnya.
Dia meminta, kesalahan-kesalahan penulisan sejarah baik dalam bentuk buku atau kamus harus diperbaiki dengan serius.
Guru Besar IPB Prof Asep Saefuddin mengkritisi penyusunan kamus sejarah Indonesia yang dinilainya tidak melibatkan sejarawan serta peneliti dari kampus
- Himpunan Alumni Sekolah Bisnis IPB Tebar Kebaikan Ramadan Bersama Hafidz & Hafidzah
- Startup Cleansheet Beri Beasiswa Bagi Mahasiswa IPB, Targetkan Biayai 1.000 Pelajar
- Sambangi Kantor Bareskrim Polri, Eks Guru Besar IPB Sampaikan Tuntutan
- Kutip KH Hasyim Asyari di Debat, Gus Imin Layak Didukung NU
- Ganjar Ingin Menyejahterakan Petani dan Nelayan, IPB Siap Membantu
- Harga Cabai Meroket, IPB Dampingi Petani Maksimalkan Produksi Lahan