Guru Chat Box

Oleh Dahlan Iskan

Guru Chat Box
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Sang guru menyadari salah satu fungsi sekolah sebagai 'tempat pelarian' bagi seorang anak. Terutama pelarian dari situasi yang menekan jiwanya di rumah.

Kini tempat pelarian itu tidak ada. Maka, sang guru harus bisa memerankan diri sebagai tempat pelarian tersebut.

Untuk itu, sang guru membuka diri seluas-luasnya untuk jadi tempat curhat. Termasuk melayani pertanyaan yang kelihatannya sangat sepele. Yang jawabannya juga harus sangat memuaskan. Yang sepele bagi sang guru bisa jadi amat penting bagi siswa yang tertekan.

Misalnya, tulis sang guru, ada siswa yang bertanya: ”Apakah sang guru punya binatang peliharaan?”

Bahkan, ada siswa kelas I SMP yang berani memberikan saran agar sang guru mau memelihara spider plant –bunga laba-laba. Yang bisa menurunkan rasa stres sepanjang hari.

Saya tidak paham apa yang disebut spider plant. Saya pun lari ke Google. Ternyata itu tanaman hias yang disukai di Amerika.

Namun, ada juga siswa yang menutup chat box-nya. Yang seperti itu, guru tidak bisa menyelami apa yang terjadi dengan si murid.

Ia mau mendengar, tetapi tidak mau terlihat di kamera dan tidak mau ngobrol dengan sesama teman satu kelas.

Saya membayangkan betapa sulit menjadi guru di era online sekarang ini. Yang kelihatannya masih akan berlanjut. Setidaknya enam bulan ke depan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News