Gus Karno

Oleh: Dahlan Iskan

Gus Karno
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Mbah Mars
Melayat atau takziyah sangat bagus dilakukan. Kepada siapapun. Melayat bermanfaat bagi yg meninggal, kerabat-kerabatnya dan bagi yg melayat sendiri. Terkait manfaat bagi yg melayat ada hadits "Kafaa bil mauti waa'idzon" (Cukuplah kematian sebagai penasehat). Ketika melihat jenazah, orang yg melayat secara otomatis akan mengatakan pada dirinya sendiri, "Sekarang dia, lain waktu aku" Dia juga akan bertanya pada dirinya sendiri, "Apakah aku sudah siap dengan bekal kematian" Oia, saya pernah lihat penutup keranda yg anti mainstream. Biasanya kan memuat tulisan syahadat atau kalimah tahlil. Ini tidak. Tulisannya berbahasa Jawa: "SAIKI AKU, SESUK KOWE" (Sekarang saya, besuk kamu)

Aji Muhammad Yusuf
Bilang saja bangkrut. Aset Nya jual keteman Nya. Tinggal tanda tangan. Kan sudah delisting, jadi tidak perlu membayar pajak. Selanjut Nya tinggal cetak perusahaan baru, eh ganti namz. Di IPO kan lagi, di naik-turunkan lagi. Di delistingkan lagi. Total dana yang di serap mungkin di depositokan. Dengan portofolio deposito, jadi tidak saklek pada satu Bank saja. Sisa Nya, bunga deposito Nya untuk nempel perusahaan orang. Sementara dari total dana yang di serap bisa di bagi 70 persen untuk deposito, 30 persen untuk langsung nyicil perusahaan orang. Hmmm, andaikan aku konglo. Aku tidak mau. Karena pasti akan sering memindahkan saku. Cukup jadi kelas menengah saja.

Aryo Mbediun
Bagai tomat dan semangka Kalau dibuat rujak kurang pas rasanya Bagai kisah Aat dan Rika Bersua di disway berpisah di dunia nyata

Amat
Pertama, setahu saya poligami bukan ibadah sunah yang paling utama. Kedua, kata Prof. Quraish Shihab, poligami itu ibarat pintu darurat pesawat, hanya boleh dibuka dalam keadaan tertentu saja, dengan syarat tertentu. Tidak untuk dibuka lebar-lebar. Bahaya. Tidak juga untuk ditutup rapat-rapat agar tidak dapat dibuka. Poligami itu berat, biar Mbah Mars saja.

komentar doang
Serius nanya nih, bagi saudara kita yang rajin ke klenteng apa ada juga yang ke vihara atau gereja? Maaf swer nih

Hariyanto
PKS disenggol lagi. Kali ini soal bini lebih dari satu. BK juga punya banyak bini, tapi jarang yang mempermasalahkannya. Bahkan waktu BK bergurau mengatakan di Jepang tidak ada " sugeng " mungkin hingga kini jarang yang menganggap itu pelecehan perempuan. Tapi sekarang sepertinya sudah banyak cewek Jepang yang sugeng. Atau agak sugeng. hehehe...

John Prasetio
Sangat disayankan saat foto bersama masih tetap menggunakan masker. Alangkah baiknya apabila masker dibuka 3 detik saja saat di foto dengan almarhum. Toh peristiwa tersebut tidak akan terulang kembali ! Dahlan Iskan cs juga culturally in-sensitive terhadap warna busana. Untuk tradisi pemakaman Tionghoa, agak aneh memang apabila ada lembaran kertas warna merah dengan corak emas di atas meja juga dengan pakaian yang dikenakan Disway dengan motif warna merah yang umumnya dikenakan saat acara perkawinan Tionghoa. Juga agak aneh pula apabila ada spanduk merah dengan lambang seperti "tanda salib" dibawah meja kabung kemudian disamping kiri-kanan peti jenazah ada lilin trisila dengan lekuk & bentuk seperti yang ada di gereja agama Yahudi & Katholik. Sangat ganjil dan semakin sangat aneh untuk upacara pemakaman setingkat pimpinan perkumpulan kelenteng dimana tata-cara & ritual pemakaman jenazah tidak mengikuti kaidah Confusianisme ataupun Taoisme ataupun Budhisme ataupun Chinese Folk Religion. Apakah ini memang keinginan almarhum yang sudah convert ke agama nasrani ataukah memang keinginan dari pihak keluarga ?

Er Gham
ASN dijadikan sebagai contoh alat kontrol negara. Karena bisa langsung diatur. Jika pandemi covid meningkat, maka mereka dilarang mudik. Begitu pula soal poligami. Namun jika perbandingan jumlah wanita dewasa Indonesia dibandingkan jumlah pria dewasa mencapai 2 banding 1, maka mereka (ASN) pasti yang terlebih dahulu diwajibkan beristri 2 (dua) oleh negara. Nanti langsung diikuti oleh kalangan non ASN. Wahai para  ASN milenial, bersabarlah menunggu waktu ( 2 banding 1) tersebut.

Itulah saat-saat Bung Karno paling menderita batin: status resminya masih presiden tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Bung Karno lagi menjalani karantina politik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News