Catatan Ketua MPR RI
Hadirkan Utusan Golongan di MPR untuk Mengakhiri Disharmoni Bangsa

Santun dalam laku dan tutur yang menjadi ciri dan karakter bangsa di masa lalu pun nyaris langka.
Disharmoni terjadi karena pengingkaran terhadap Pancasila sebagai falsafah kehidupan berbangsa-bernegara.
Sebagaimana diketahui, semua warisan nilai luhur yang digali dari akar budaya dan kearifan lokal semua komunitas bangsa itu telah dirumuskan dalam Lima Sila Pancasila.
Akar budaya dan kearifan lokal semua komunitas anak bangsa sejatinya menjunjung tinggi keluhuran ajaran agama, nilai-nilai kemanusiaan , kesetaraan dan keadilan, serta prinsip kebaikan bersama yang terkandung pada semua adat istiadat.
Penghayatan terhadap nilai luhur itulah yang membentuk kepribadian dan standar moral semua komunitas anak bangsa.
Itu sebabnya sejarah peradaban manusia kemudian mencatat citra masyarakat Indonesia itu sebagai komunitas bangsa yang ramah dan santun, pun kental dengan tradisi ketimuran.
Lebih dari itu, akar budaya semua komunitas anak bangsa dengan kearifan lokalnya masing-masing pun dikenal bijaksana dalam berinteraksi dengan lingkungan alam sebagai rahim kehidupan.
Karena pengingkaran, warisan nilai luhur itu nyaris langka dalam dinamika hidup keseharian bersama dewasa ini.
Urgensi kehadiran Utusan Golongan di MPR praktis tak terbantahkan untuk mengakhiri disharmoni bangsa yang saat ini masih terjadi
- Bertemu Rektor Univesiti Malaya, Ibas: Pentingnya Sinergi Akademik Lintas Bangsa
- Peringati Hardiknas, Waka MPR Dorong Kebijakan Penyediaan Layanan Pendidikan berkualitas
- Kuliah Umum di Universiti Malaya, Ibas Bahas Geopolitik, Geoekonomi dan Kekuatan ASEAN
- Ibas Tegaskan Indonesia dan Malaysia Tak Hanya Tetangga, Tetapi..
- Waka MPR Sebut Kehadiran Prabowo Saat May Day Wujud Komitmen Keberpihakan Kepada Buruh
- Lestari Moerdijat: Jadikan Momentum Hari Buruh untuk Mempercepat Lahirnya UU PPRT