Haji Peking dan Rakaat Salat Tokoh yang Dianggap Terlibat G30S PKI

Haji Peking dan Rakaat Salat Tokoh yang Dianggap Terlibat G30S PKI
Ilustrasi: kaus bergambar palu arit yang diidentikkan dengan PKI. Foto: dok/JPNN.com

Namun, Soebandrio meyakini dukumen itu autentik. Pada 26 Mei 1965, dia menyerahkan Dokumen Gilchrist kepada Presiden Soekarno tanpa mempertimbangkan catatan Soetarto.

Keesokan harinya, presiden bergelar Pemimpin Besar Revolusi itu langsung menggelar rapat dengan para menteri kepala staf angkatan.

Rapat yang digelar pada pukul 10.00 itu dihadiri Menteri/Panglima Angkatan Darat Ahmad Yani, Menteri/Panglima Angkatan Laut RE Martadinata, dan Menteri/Panglima Angkatan Kepolisian Soetjipto Joedodihardjo.

Menteri/Panglima Angkatan Udara Omar Dhani tidak menghadiri rapat itu karena sedang di luar kota. Dia mengutus deputinya, Sri Mulyono Herlambang.

Buku Julius Pour yang diterbitkan September 2010 itu menceritakan soal pernyataan A Yani di dalam rapat tersebut tidak membantah tentang Dewan Jenderal.

"... memang ada. Malah saya sendiri yang memimpin, tetapi tidak benar kalau tugas mereka menilai kebijaksanaan yang telah digariskan Presiden," jawab Yani.

Dokumen itu belum bocor ke wartawan. Akan tetapi, Soebandrio atas dasar perintah Bung Karno membocorkan Dokumen Gilchrist ke media luar negeri pada pertengahan 1965.

Saat itu, Bung Karno tengah berada di Mesir karena urung mengunjungi Aljazair yang sedang didera kudeta menjelang Konferensi Asia Afrika (KAA) II.

Di antara banyak tokoh penting yang dianggap terlibat G30S PKI lalu dipenjara ialah dr. Soebandrio. Begini katanya soal Haji Peking.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News