Hak Pilih Warga Dengan Gangguan Jiwa Dipolitisasi Jelang Pemilu 2019

"Banyak yang sudah mendapat treatment yang benar, diberi obat dan kondisi mereka juga diperhatikan, hingga bisa melakukan kegiatan seperti orang biasa."
"Mereka bisa sekolah, bahkan bisa mengajar, bekerja, mengambil keputusan, termasuk bisa ikut memilih dalam pemilu."
Sebagai salah satu buktinya adalah banyak warga yang mengalami gangguan jiwa dari sejumlah desa di Kabupaten Ponorogo, yang sebelumnya dikenal sebagai 'Kampung Idiot', kini sudah menghasilkan uang sendiri dan tidak lagi jadi beban keluarga.
Sama dengan penyakit lainnya

Sejumlah pakar dan advokasi warga difabel mengatakan penderita gangguan mental sebenarnya sama saja dengan mereka yang memiliki penyakit lainnya.
Jaka menyamakan kondisi mereka dengan pengidap diabetes, dimana saat gula darah mereka tinggi di hari pencoblosan, maka mereka memilih beristirahat atau pergi ke dokter, ketimbang datang ke tempat pemungutan suara (TPS).
"Orang dengan gangguan jiwa juga tidak bisa disembuhkan, tapi dengan edukasi dan diberi obat, mereka bisa mengenali kondisinya sendiri sebelum membuat keputusan beraktivitas, seperti mencoblos."
Hal senada juga diutarakan oleh Yeni Rosa Damayanti, Ketua Perhimpunan Jiwa Sehat (PJS) Indonesia.
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Dunia Hari Ini: Sebuah Mobil Tabrak Festival di Kanada, 11 Orang Tewas
- Dunia Hari Ini: Siswa SMA Prancis Ditangkap Setelah Menikam Teman Sekelasnya