Hampir Semua Negara Lakukan Impor untuk Stabilitas Harga

Hampir Semua Negara Lakukan Impor untuk Stabilitas Harga
Petugas Bea Cukai memantau proses ekspor dan impor. Foto: Bea Cukai

Kalaupun memang saat ini didapati saat ini ada data surplus hampir mencapai 3 juta ton pada produksi 2018, pada kenyataannya harga komoditas khususnya beras cukup berfluktuatif.

Itulah yang menurutnya pemerintah tidak bisa disalahkan. Pasalnya impor dilakukan untuk mencegah kenaikan harga yang lebih tajam.

Kalau memang kalau katanya surplus, seharusnya harga sudah bisa stabil dengan sendirinya kalau memang logistik surplus itu bisa didistribusikan dengan baik. Permasalahannya mungkin pada akhirnya kita bicara mengenai ongkos logistik yang mahal,” tuturnya lagi.

Bahkan apabila impor beras dalam hal ini tidak dilakukan, kenaikan harga untuk komoditas ini bisa kembali terjadi ke depan.  Karena harga itu salah satu indikator kelangkaan,” ujarnya.

Di tempat terisah, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan impor pangan bukan terjadi baru-baru ini saja. Harus diakui memang semenjak tahun 1960, Indonesia sudah melakukan impor unutk beras.

"Buktinya dari data, kita impor beras terus sejak tahun 1960an," kata Enggar di Cikupa, Tangerang, Senin (18/2).

Presiden Joko Widodo atau Jokowi juga mengatakan, impor beras sangat diperlukan untuk menjaga kebutuhan pangan nasional juga guna menstabilkan harga di pasaran.

"Karena itu, kami sampaikan dalam debat calon presiden (capres) bahwa impor itu sangat diperlukan," kata Jokowi saat kunjungan kerja ke Panimbang, Pandeglang, Banten, Senin (18/2).
Pemerintah mengimpor beras untuk dijadikan sebagai cadangan strategis agar memenuhi ketersediaan pangan nasional. Selain itu, impor beras nyatanya mampu menstabilkan harga di pasaran sehingga inflasi dapat teratasi.

Impor mulai dianggap sebagai hal yang wajar dilakukan tiap negara di dunia lebih ke arah pertimbangan stabilitas harga.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News