Hampir Setiap Hari, Sanen dan Relawan Lainnya Memilah Sampah Medis di Jakarta

Menurut Yuyun Yunia Ismawati, kandidat PhD Penelitian Medis di University of Munich, metode yang paling efektif dalam mengolah limbah medis adalah dengan penguapan.

Dalam artikel The Conversation, ia menulis jika ditangani dengan uap panas, limbah medis akan menjadi limbah domestik yang steril.
"Metode pembakaran sebaiknya dihindari karena berdampak buruk pada lingkungan," demikian tulisnya dalam sebuah artikel The Conversation.
"Limbah sebaiknya jangan dibakar karena akan menjadi limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (limbah B3)."
Ketika dihubungi ABC Indonesia, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengaku telah menerapkan dan mensosialisasikan protokol pengelolaan masker bekas dari rumah tangga untuk mencegah penyebaran COVID-19.
"Dari awal pandemi kami sudah sosialisasikan bahwa masker bekas itu dipisahkan secara khusus dan ditandai sebelum didisinfeksi sederhana dengan cairan pemutih, terus dirusak-rusak sedikit, sehingga kalau masuk ke tempat sampah nggak didaur ulang orang," kata Humas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Yogi Ikhwan kepada ABC Indonesia.
Sebelumnya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Andono Warih telah menyatakan alat pelindung diri, seperti masker dan sarung tangan sekali pakai masuk kategori limbah bahan beracun berbahaya (B3) sehingga dibutuhkan penanganan khusus.
Setidaknya tiga kali seminggu, Herman Felani bersama lima relawan lainnya mengambil sampah medis di Sungai Cisadane dengan tubuh yang dibungkus oleh Alat Pelindung Diri (APD)
- Telkom Siap Gelar Digiland 2025 Seusai dapat Dukungan dari Gubernur DKI Jakarta
- Terungkap Fakta Mengejutkan soal Gerai Miras di Kartika One Hotel
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Realisasi Investasi Jakarta Triwulan I-2025 Capai Rp 69,8 Triliun, Tertinggi di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Gegara Gerai Miras, Warga Kampung Sawah Ancam Geruduk Kartika One Hotel