Hampir Setiap Pekan Ada Pasien Gagal Ginjal Meninggal

Hampir Setiap Pekan Ada Pasien Gagal Ginjal Meninggal
Pendiri komunitas pasien cuci darah Tony Samosir saat berada di Kawasan Kemang, Jakarta, Selasa (18/7/2017). FOTO:MIFTAHULHAYAT/JAWA POS

Bersama seorang kawan sesama pasien gagal ginjal, Petrus Hariyanto, Tony pun memutuskan untuk mendirikan KPCDI. Keduanya beralasan, melawan kebijakan diskriminasi dan merugikan bak berhadapan dengan tembok.

“?Saat cuci darah bersebelahan, kami sama-sama bertekad membentuk komunitas,” ujarnya mengenang peristiwa tersebut.

Dan pada perayaan Hari Ginjal 15 Maret 2016, KPCDI pun resmi dibentuk. Benar saja, belakangan dia bisa menjalani cangkok ginjal tanpa biaya sepeser pun.

Pada awal pembentukannya, lanjut Tony, KPCDI hanya berisi pasien di RS tempat dirinya biasa menjalani cuci darah. Namun, perlahan dia bersama anggota lain mulai merambah ke RS lain di Jakarta. Tujuannya, serikat semakin kuat.

Untuk mengampanyekan komunitasnya, KPCDI memanfaatkan fanspage di berbagai media sosial. “Kami posting informasi seputar penyakit gagal ginjal sehingga banyak pasien yang tertarik,” katanya.

Untuk menjaga komunikasi, dia pun memanfaatkan sebuah aplikasi pesan Telegram yang bisa menampung ribuan anggota. ”Semua keluhan atau kasus di daerah di-share di situ,” katanya.

Nanti semua laporan maupun keluhan yang masuk diteliti. Agar berjalan maksimal, upaya semi-investigasi pun dilakukan. Kebetulan, ada petugas khusus yang melakukan kerja investigatif.

Jumlahnya tiga orang. Alumnus UGM itu menyatakan, kekuatan data menjadi kunci dalam melakukan advokasi. Dengan demikian, saat audiensi, KPCDI tidak membawa amunisi ompong.

Para penderita gagal ginjal berserikat untuk memperjuangkan hak-haknya mendapatkan layanan pengobatan yang layak. Baru dua tahun, sudah ribuan pasien

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News