Hanya Bermodal Rp 1 Juta, Kini Jadi Distributor Terbesar

Hanya Bermodal Rp 1 Juta, Kini Jadi Distributor Terbesar
Nanda Djoenaedy bersama istrinya, Cynthia Margareta. FOTO: bca for jpnn.com

Nanda dan istri juga terus melakukan uji coba agar kue hasil produksinya berkualitas. Termasuk berpikir bagaimana cara agar kue hasil kreativitas suami istri ini memiliki kualitas rasa enak, serta memiliki daya tahan lama tanpa bahan pengawet. 

"Pada awal uji coba, kue racikan kami bisa bertahan hingga satu minggu. Dalam perkembangannya bahkan bisa bertahan hingga satu bulan. Setelah kami lakukan tes melalui laboratorium dinyatakan tidak ada masalah untuk dikonsumsi," terang ayah tiga anak, yakni Lucia Lilianda, Laurensia Ananda, dan Lavencia Dean Ananda ini.

Tidak berhenti di situ, proses uji coba dilanjutkan dengan tahap selanjutnya yakni proses vakum. Hasil uji coba panjang tersebut ternyata membuahkan hasil bahwa kue hasil racikannya itu mampu bertahan hingga 2 bulan. Total waktu pengujian laboratorium tersebut kurang lebih dilakukan selama 4 bulan. 

"Saat itu kondisi ekonomi sedang terpuruk karena terjadi krisis moneter. Sehingga biaya tes laboratorium sangat mahal. Awalnya biaya tesnya Rp 125 ribu, tapi naik menjadi Rp 750 ribu. Mensiasati hal itu, akhirnya kami melakukan tes laboratorium secara mandiri," katanya. 
Kualitas kue racikan Nanda bersama istrinya kian dilirik oleh para pembeli. Selain itu, Nanda mengaku memberanikan diri untuk mendaftarkan kue hasil produksinya kepada Laboratorium Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Hasilnya, BPOM menyatakan bahwa kue tersebut bisa bertahan selama 63 hari. 

"Ini tanpa pengawet," imbuh pengusaha yang mengaku mengutamakan prinsip jujur ini. 

Meski kualitas kuenya meningkat, namun demikian, pemasukan dari hasil penjualan setelah 10 tahun berjalan terlihat stagnan. Hal itu membuat Nanda harus berpikir bagaimana cara pengembangan bisnis tersebut. Hingga akhirnya pada 1989, Nanda berusaha memperluas jaringan bisnis. 

Ia menawarkan bahan-bahan kue kepada sejumlah bakery. Salah satunya adalah Palmia Margarin dari Salim Group. Dari sinilah, bisnis Nanda mulai meroket dengan cepat. "Itu di akhir 1990. 

Ada perkembangan luar biasa. Apalagi Salim Group meminta menggunakan bank garansi dari BCA, di mana pinjaman bisa mencapai 200 persen, awalnya dari Rp 10 juta bisa ambil Rp 20 juta," terang Nanda. 

Terjadi peningkatan permintaan besar-besaran untuk margarin dari awalnya 800 karton/dus per bulan, kemudian pada tahun 1997 mencapai 5.300 karton/dus per bulan. Pada tahun 1994, Nanda bersama istrinya memberi nama produk cake-nya yakni Brillian Super Cake.

Dalam perkembangannya, nama Brillian kian dikenal hingga menjadi ikon kue di bisnis tersebut. Dia mengaku selama berbisnis, prinsip utama yang dijunjung tinggi adalah dalam hal kejujuran. Sebab dengan jujur, seseorang akan mendapat kepercayaan. 

Siapa pun yang tekun dalam menggeluti dunia bisnis akan melahirkan hasil gemilang. Bukti hasil dari kerja keras dan ketekunan itu bisa dilihat dari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News