Hanya Bermodal Rp 1 Juta, Kini Jadi Distributor Terbesar

Hanya Bermodal Rp 1 Juta, Kini Jadi Distributor Terbesar
Nanda Djoenaedy bersama istrinya, Cynthia Margareta. FOTO: bca for jpnn.com

jpnn.com - Siapa pun yang tekun dalam menggeluti dunia bisnis akan melahirkan hasil gemilang. Bukti hasil dari kerja keras dan ketekunan itu bisa dilihat dari pasangan Nanda Djoenaedy bersama istrinya, Cynthia Margareta. Bermodal awal kurang lebih Rp 1 juta, kini mereka menjadi distributor bahan kue kelas atas. 

 

———————

TAMPAK sebuah bangunan megah dengan konsep istana di jantung Kota Semarang. Tepatnya di Jalan Erlangga Raya nomor 2 Simpang Lima Semarang berdiri salah satu lokasi pusat oleh-oleh kue khas Semarang yang diberi nama Istana Brillian.

Berbagai varian kue hasil produksi sendiri menjadi daya tarik utama oleh para pemburu oleh-oleh. Lokasi ini terbilang cukup elite karena memiliki banderol harga cukup mahal dan tentu saja segmen pembelinya merupakan masyarakat ekonomi kelas menengah ke atas, termasuk  wisatawan domestik hingga turis mancanegara. 

Istana Brillian memang bukan pemain baru, melainkan telah lama malang melintang dalam dunia kue di Kota Semarang. Pendirinya adalah Nanda Djoenaedy bersama istrinya, Cynthia Margareta. 

Mereka merintis usaha tersebut sejak 17 Juli 1979 silam dengan nama awal Luciana Cake (sebelum akhirnya berubah menjadi Istana oleh-oleh Brillian). Di awal berdirinya, Luciana Cake berbentuk Usaha Dagang (UD) dengan memiliki dua bidang usaha, yakni penyedia bahan kue dan melayani pemesanan kue tart pernikahan serta kue ulang tahun.

"Pada tahun 1979 silam, di Semarang memang belum ada yang memulai bisnis kue tart dengan showroom-nya untuk pernikahan. Maka kami mengawali bisnis itu," kata Nanda Djoenaedy, pemilik sekaligus CEO Istana Brillian, belum lama ini. Nanda mengaku, bisnis kue tersebut terinspirasi dari kesukaan istrinya dalam membuat kue.

Di lokasi bangunan ruko yang terletak di Kelurahan Jagalan, Semarang, Nanda meniti sejarah perjalanan bisnis tersebut dari nol. "Saya dibantu kakak dengan modal kurang lebih Rp 1 juta (di tahun 1979) untuk memulai membuat kue," kenangnya. 

Ia bersama istri tercintanya berusaha mengekplorasi dengan meracik komposisi bahan kue. Setiap hari mereka terus berusaha berinovasi untuk menciptakan resep-resep baru. Pesanan pun terus berdatangan. "Saat itu, kami dibantu oleh dua orang tenaga yang membantu pembuatan serta pengiriman pesanan," kata pria kelahiran Semarang Desember tahun 1956 ini. 

Karena tokonya saat itu masih terbilang kecil dan sempit, sehingga saat menerima pesanan kue pernikahan, terpaksa harus menutup toko tersebut. Sebab untuk mengerjakan pesanan dalam porsi besar dibutuhkan ruang pengerjaan yang luas. 

Siapa pun yang tekun dalam menggeluti dunia bisnis akan melahirkan hasil gemilang. Bukti hasil dari kerja keras dan ketekunan itu bisa dilihat dari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News