Harga Bawang di Australia Tinggi, Ibu Asal Indonesia Jadi Lebih Kreatif di Dapur

Harga Bawang di Australia Tinggi, Ibu Asal Indonesia Jadi Lebih Kreatif di Dapur
Australia telah mengekspor gandum senilai sekitar A$1 miliar setiap bulan sejak November 2021. (Supplied: Ash Bowman)

"Inginnya sih masak dengan bumbu lengkap setiap hari ya, paling enak pakai bawang merah, tapi [karena harganya] ya cuma kalau special occasion aja sekarang dibela-belain pakai." 

Menurutnya kenaikan harga-harga pangan lainnya juga menuntut rumah tangga untuk bisa lebih kreatif dan inovatif, misalnya dengan memanfaatkan bumbu jadi dalam kemasan, yang menurutnya sangat membantu.

"Tinggal bagaimana kita mengombinasikannya dengan bahan-bahan segar yang kita punya ... meskipun ini juga bisa jadi momentum melihat ke hidangan lain yang mungkin lebih sehat."

"Tapi pinginnya, harapannya sih ya jangan mahal dan masih tetap terjangkau."  

Harga pangan di Australia diperkirakan terus naik

Menurut pengamat komoditas nasional di Australia, ABARES, harga buah dan sayur dipatok terus naik hingga mencapai puncaknya pada pertengahan Desember.

Pedagang grosir yang berbasis di Melbourne, Michael Piccolo, mengatakan  bahan makanan pokok di dapur, seperti bawang, tidak terhindar dari banjir baru-baru ini yang menggenangi pertanian.

"Bawang bombay mungkin naik 200 persen dalam sebulan terakhir. Kami biasanya membelinya saat ini dengan harga A$7 (sekitar Rp70.000) untuk kantong seberat 10kg — sekarang kami membayar hampir A$20 (sekitar Rp200.000)," katanya.

"Kami juga melihat bawang merah, bawang merah, capsicum, terong, dan semangka kami, karena ditanam di Mildura pada musim seperti ini, harganya naik."

Seorang ibu asal Indonesia mengaku kenaikan harga bawang yang sangat tinggi di Australia membuat ia hanya bisa menggunakannya sesekali, tak bisa di semua masakan

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News