Harga Bawang di Australia Tinggi, Ibu Asal Indonesia Jadi Lebih Kreatif di Dapur

Harga Bawang di Australia Tinggi, Ibu Asal Indonesia Jadi Lebih Kreatif di Dapur
Australia telah mengekspor gandum senilai sekitar A$1 miliar setiap bulan sejak November 2021. (Supplied: Ash Bowman)

Namun, Michael mengatakan, karena harga lokal naik, impor menjadi lebih kompetitif.

"Kita mulai melihat banyak bawang California masuk, jenisnya bawang merah, dan kita juga melihat produk dari Belanda, jadi negara-negara ini masuk dan mengisi kekosongan sampai kami mulai menemukan lebih banyak produk lokal kami kembali online."

Cuaca tidak merusak ekspor

Sementara itu, cuaca basah akibat La Niña tidak mengurangi nilai produk pertanian Australia di luar negeri, dengan prediksi ABARES jika ekspor produk pertanian akan mencapai rekor A$72 miliar pada tahun anggaran ini.

Kombinasi harga tinggi untuk tanaman seperti gandum, jelai, dan kanola pada panen terakhir telah menghasilkan ekspor pertanian senilai A$5 miliar setiap bulan sejak November 2021, sementara gandum menyumbang A$1 miliar sebulan.

"Kita berhasil mengeluarkan banyak produk, laju ekspor kita berada pada tingkat puncaknya," kata direktur eksekutif ABARES Jared Greenville.

"Negara-negara di luar negeri dan pembeli lain telah beralih ke Australia untuk menjadi produsen makanan yang benar-benar andal, dan itulah salah satu alasan mengapa kami melihat permintaan ekspor yang begitu tinggi," kata Dr Greenville.

Nilai kotor semua produk pertanian Australia diperkirakan mencapai A$85 miliar.

Banjir yang meluas di pantai timur diperkirakan akan menyebabkan 16 persen tanaman New South Wales, 7 persen di Victoria, dan 5 persen di Queensland, terbengkalai.

Seorang ibu asal Indonesia mengaku kenaikan harga bawang yang sangat tinggi di Australia membuat ia hanya bisa menggunakannya sesekali, tak bisa di semua masakan

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News