Harga Karet Anjlok, Kini Mengais Rupiah dengan Memecah Bongkahan Batu

Harga Karet Anjlok, Kini Mengais Rupiah dengan Memecah Bongkahan Batu
B.Hutabarat dan istri. Foto: Marihot Simamora/New Tapanuli/Metro Siantar/JPG

Perempuan itu kembali menceritakan, Tuhan mengarunia tiga orang anak dari buah pernikahan mereka. Dua di antaranya kini masih bersekolah di tingkat SD. Sedangkan anak sulungnya laki-laki kini menduduki kelas 3 di salah satu sekolah kejuruan setingkat SMA di Kota Sibolga. Tuntutan biaya pendidikan anak-anaknya itu diakui akan semakin besar kelak. Mereka mengaku tidak akan sanggup bila harus menguliahkan anak sulung itu nanti.

"Biarlah semua hanya sampai tamat SMA sederajat. Sebenarnya dia (anak sulungnya) meminta untuk melanjutkan kuliah setelah tamat SMK nanti. Tapi karena kondisi ekonomi keluarga kami seperti ini, saya hanya bisa bilang "dang tolap gogo nami amang" (kami tidak sanggup nak)," ujar Br Sitompul.

Sementara itu, Hutabarat mengaku, himpitan ekonomi semakin terasa di tengah anjloknya harga getah karet sadapan saat ini. Itulah sebabnya mereka mesti berjuang demi menyambung hidup dengan menambang batu ataupun menjadi kuli tani.

"Sebenarnya kami ada tanam karet. Tapi sekarang harganya turun, hanya Rp4 ribuan sekilo dan cuaca sedang musim hujan. Mana sanggup kalau mengandalkan getah itu. Tapi yang namanya berjuang di kehidupan ini, harus semua dikerjakan, asalkan itu bukan kejahatan atau hasil dari mencuri," pungkasnya. (*)

 


PROYEK-proyek fisik pemerintah dikebut di setiap akhir tahun. Proses pembangunan itu membutuhkan material, salah satunya batu belah. Kesempatan itu


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News