Harga Kedelai Naik, Tahu Tempe jadi Tipis

Harga Kedelai Naik, Tahu Tempe jadi Tipis
Kenaikan harga kedelai membuat omzet penjualan turun drastis. Foto: Sugeng Dwi Nurcahyo/Radar Pacitan/JPNN.com

jpnn.com, PACITAN - Kenaikan harga kedelai belakangan ini menyebabkan pengusaha tahu dan tempe di Pacitan, Jatim, dibayangi ancaman gulung tikar. Untuk menyiasati membengkaknya biaya produksi, sebagian terpaksa memangkas ukuran produk yang dijual.

Wulan, kepala administrasi salah satu perusahaan tahu di Arjowinangun, mengatakan bahwa harga kedelai di Pacitan dari hari ke hari cenderung naik. Tak terkecuali jenis impor, saat ini harganya mencapai Rp. 7.650 per kilogram. Padahal, bulan lalu masih di kisaran Rp. 6.000. ‘’Kalau di sini kebutuhannya sampai puluhan sak sehari,’’ tuturnya.

Tak ingin merugi, kata dia, ketebalan tahu terpaksa dikurangi agar biaya produksi dapat ditekan. ‘’Kalau biasanya dijadikan enam, sekarang tujuh,’’ katanya sembari menyebut langkah itu sempat mengundang protes pelanggan dan pengecer.

Ditanya permintaan tahu di bulan puasa, Wulan menyebut justru mengalami penurunan. Tak tanggung-tanggung, penurunannya mencapai 45 persen. ‘’Sangat sepi. Mungkin banyak yang beralih ke menu lain,’’ ujarnya kepada Radar Pacitan (Jawa Pos).

Meski harga kedelai cenderung naik, kata dia, sejauh ini belum masuk kategori lampu merah bagi keuangan perusahaan. Pun pihak manajemen belum berpikir melakukan pengurangan karyawan. ‘’Mudah-mudahan akhir Ramadan nanti penjualan kembali normal,’’ harapnya.

Langkah mengurangi ukuran juga ditempuh Heruwati, salah seorang perajin tempe. Dia menyebut harga kedelai yang terus melambung naik sejak bulan lalu membuat omzet penjualan turun drastis.

Di sisi lain, dia enggan menggunakan kedelai lokal lantaran hasilnya tak sebagus jenis impor. (mg6/c1/isd)

 

Harga kedelai mengalami kenaikan, menyebabkan produsen tahu tempe memangkas ukuran barang produksinya.


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News