Harga Tahu Tempe Merangkak Naik, PRIMA: Pemerintah Gagal Kendalikan Harga Sembako

Harga Tahu Tempe Merangkak Naik, PRIMA: Pemerintah Gagal Kendalikan Harga Sembako
Wakil Ketua Umum Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA) Alif Kamal. Foto: Dokumentasi pribadi

Untuk memproduksi tahu dan tempe produsen membutuhan bahan kedelai sekira 3 juta ton per tahun. Hanya saja, ketersediaan pasokan kedelai lokal hanya mencapai 20 persen kebutuhan tersebut.

Oleh karena itu, perajin tahu tempe dalam negeri sangat bergantung pada kedelai impor. Ketika harga kedelai dunia naik, perajin yang sebagian besar industry rumah tangga akan mendapatkan imbasnya.

Alif menegaskan, dalam pemenuhan kebutuhan dasar rakyat, Indonesia masih sangat bergantung pada negara lain.

Seharusnya, lanjut dia, hal itu dapat dihindari jika pemerintah fokus mengembangkan potensi lokal dengan memberikan jaminan kepada para petani dalam negeri. 

“Petani kita sering dihadapkan biaya pupuk yang mahal dan langka, pasar yang tidak menentu. Tahu tempe kan makanan asli Indonesia, masak bahan bakunya dari impor?” tegasnya.

Berkaitan dengan hal itu, Alif meminta Presiden Joko Widodo untuk melakukan evalusi secara menyeluruh terhadap jajarannya dan melibatkan pelaku bisnis untuk mengatasi kenaikan harga kedelai ini.

“Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan dan pelaku bisnis harus dievaluasi menyeluruh dari hulu dan hilir. Kalau ada kartel dalam permainan harga ini, presiden harus usut,” pungkas Alif Kamal.(fri/jpnn)

Wakil Ketua Umum Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA) Alif Kamal merespons kenaikan harga tahu dan tempe dengan mengatakan pemerintah telah gagal mengendalikan harga kebutuhan pokok yang dikonsumsi msyarakat sehari-hari.


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News