Harmoko
Mempermasalahkan Dwi Fungsi ABRI dan mempertanyakan keluarga Cendana dianggap sebagai tabu yang harus dihindari oleh media.
Di masa Orde Baru media melakukan kritik dengan cara kepiting, berjalan merambat pelan-pelan dan sesekali menggigit dengan lembut.
Dengan begitu media bisa selamat dari ancaman rezim. Departemen Penerangan yang dipimpin Harmoko bertindak seperti Departemen Kebenaran yang menjadi satu-satunya sumber berita yang absah.
George Orwell dalam novel "Nineteen Eighty Four" menggambarkan The Big Brother yang mengontrol seluruh kehidupan warga.
Bahkan pikiran warga pun dikontrol oleh Big Brother. Semua berita yang dikonsumsi oleh warga dipastikan sudah melalui saringan ketat melalui mekanisme Newspeak.
Dengan mekanisme ini semua berita harus seragam dan sesuai dengan kebijakan Big Brother.
Harmoko sukses mendesain Newspeak untuk mengontrol media. Harmoko juga sukses dalam pengabdiannya kepada Big Brother sehingga menjadi salah satu anggota rezim yang paling dipercaya.
Di akhir episode kekuasan Orde Baru Harmoko cepat menyelamatkan diri dan ikut menuntut Pak Harto mundur.
Rambut klimis, baju safari, dan kalimat atas petunjuk Bapak Presiden menjadi trade mark khas Harmoko.
- Eks Tim Mawar Buka Suara soal Rumor Sjafrie Sjamsoeddin Masuk Kabinet Prabowo-Gibran
- Sejarawan Ungkap Siasat Soeharto Langgengkan Kekuasaan, Ada Istilah Kudeta Merangkak
- Ketua MPR Bamsoet Kenang Harmoko: Salah Satu Idola Saya Sebagai Sosok Panutan
- Hadiri Seribu Hari Wafatnya Harmoko, Ketua MPR Bambang Soesatyo Kenang Momen Ini
- Rudyono Darsono: Perbaiki Hukum atau Kembali ke Orde Baru
- Anies: Ingat Orde Baru kan? Itu Damai karena Ada Senjata, Semu