Harmoko

Harmoko
Harmoko (2007). Foto: ANTARA/FOURI GESANG SHOLEH

Mempermasalahkan Dwi Fungsi ABRI dan mempertanyakan keluarga Cendana dianggap sebagai tabu yang harus dihindari oleh media.

Di masa Orde Baru media melakukan kritik dengan cara kepiting, berjalan merambat pelan-pelan dan sesekali menggigit dengan lembut.

Dengan begitu media bisa selamat dari ancaman rezim. Departemen Penerangan yang dipimpin Harmoko bertindak seperti Departemen Kebenaran yang menjadi satu-satunya sumber berita yang absah.

George Orwell dalam novel "Nineteen Eighty Four" menggambarkan The Big Brother yang mengontrol seluruh kehidupan warga.

Bahkan pikiran warga pun dikontrol oleh Big Brother. Semua berita yang dikonsumsi oleh warga dipastikan sudah melalui saringan ketat melalui mekanisme Newspeak.

Dengan mekanisme ini semua berita harus seragam dan sesuai dengan kebijakan Big Brother.

Harmoko sukses mendesain Newspeak untuk mengontrol media. Harmoko juga sukses dalam pengabdiannya kepada Big Brother sehingga menjadi salah satu anggota rezim yang paling dipercaya.

Di akhir episode kekuasan Orde Baru Harmoko cepat menyelamatkan diri dan ikut menuntut Pak Harto mundur.

Rambut klimis, baju safari, dan kalimat atas petunjuk Bapak Presiden menjadi trade mark khas Harmoko.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News