Harmoni Beragama dalam 'War Takjil': Menjalin Toleransi di Antara Umat Beragama
Oleh: Bakti Abdillah Putra

Kenyataannya, tidak hanya warga yang beragama Islam saja yang menghabiskan ‘takjil’ di saat Ramadan.
Umat yang beragama lain juga turut meramaikan ngabuburit di sore hari, bahkan lebih awal, untuk memburu ‘takjil’.
Selama ini, memang tidak ada payung hukum yang melarang warga yang tidak berpuasa atau nonmuslim untuk membeli ‘takjil’ sehingga mereka dapat ‘bersaing’ secara bebas.
Fenomena ini kemudian menjadi bualan bagi para warganet di jejaring sosial, tak sedikit yang menjadikan fenomena ini bahan bercandaan melalui konten.
Dari sanalah kemudian istilah ‘war takjil’ itu bermula di mana masyarakat, baik yang muslim maupun nonmuslim bersaing untuk mendapatkan makanan ringan sebelum habis untuk berbuka.
Dikatakan bahwa warganet nonmuslim telah menyusun strategi terlebih dahulu dengan mencuri start di kala masyarakat muslim masih berpuasa.
Warganet muslim pun tak tinggal diam dengan mengatakan bahwa mereka akan memborong semua telur yang ada di pasaran sehingga perayaan Paskah nanti tidak akan berjalan.
“Untukmu Agamamu, Untukku Takjilmu," ujar salah satu pengguna TikTok mengenai fenomena ‘war takjil’.
Fenomena 'War Takjil' justru menjadi pemersatu masyarakat Indonesia untuk turut menjaga keberagaman dan toleransi antarumat beragama
- Prediksi BI, Ritel Tumbuh 8,3% saat Ramadan & Idulfitri
- Pengguna MyPertamina Meningkat Pada Periode Satgas Ramadan dan Idulfitri 2025
- Resmikan Kelenteng Wie Tien Bio, Herman Deru: Jaga Kerukunan Antarumat Beragama di Sumsel
- Cerita Bahagia Artis Ira Siedhranata Pulang ke Tanah Kelahiran, Tebar Kebaikan di Ramadan
- Pemprov DKI Sebut Omzet Pedagang UMKM Naik Saat Ramadan, Turun Ketika Lebaran
- Pemudik Diimbau Pulang Lebih Awal Hindari Puncak Arus Balik, Manfaatkan Diskon Tol