Haruskah Mengancam Coldplay sebagai Pendukung LGBT?

Haruskah Mengancam Coldplay sebagai Pendukung LGBT?
Coldplay. Foto: Parlophone/Atlantic

jpnn.com - GRUP musik asal Inggris Coldplay akan menggelar konser di Jakarta pada 15 November 2023.

Meski pelaksanaan konser itu masih jauh, kabarnya sudah membuat heboh beberapa waktu terakhir.

Tiket pertunjukan Coldplay sudah terjual habis sehingga banyak yang tidak kebagian. Namun, yang tak kalah heboh ialah pernyataan Persatuan Alumni (PA) 212 tentang penolakan atas rencana Coldplay menggelar pertunjukan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).

Jika konser itu tetap digelar, PA 212 mengancam akan akan mengepung SUGBK. Alasan PA 212 menolak Coldplay ialah dukungan grup bergenre britpop itu pada lesbian, gay, biseksual, dan transgender alias LGBT.

Ancaman itu menimbulkan respons luas dari publik. Pihak berwenang menyatakan jika PA 212 mengepung konser Coldplay, yang akan dihadapi dalah aparat keamanan.

Coldplay adalah grup band rock asal Inggris. Band ini terdiri atas Chris Martin (vokalis), Jonny Buckland (gitaris), Guy Berryman (basis) dan Will Champion (drumer), plus seorang direktur kreatif bernama Philip Christopher Harve.

Baca Juga:

Berdiri pada 1997, Coldplay dianggap sebagai salah satu band terbesar dengan jutaan penggemar di seluruh dunia. Mereka juga telah memenangkan banyak penghargaan musik, termasuk tujuh Grammy Awards.

Dalam beberapa kali konser, vokalis Coldplay Chris Martin memamerkan bendera berwarna pelangi sebagai bentuk dukungannya terhadap gerakan LGBT.

Rencana mengepung konser Coldplay bisa menjadi konterproduktif terhadap citra gerakan. Coldplay meski mendukung LGBT, juga menyokong perjuanganan Palestina.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News