Hendak Antar Beras, Dikira Penculik Anak, Innalillahi

Hendak Antar Beras, Dikira Penculik Anak, Innalillahi
Korban penganiayaan dipicu isu hoaks penculikan anak, Maman Sudiman, dibawa ke RS Rubini Mempawah untuk divisum, Minggu (26/3) malam. Foto: NETIZEN FOR RAKYAT KALBAR

Karena itu, Ramlana berharap kepada masyarakat, khususnya di Kabupaten Mempawah, bisa melakukan komunikasi kepada pihak-pihak yang berkompeten, seperti kepolisian ataupun pemerintah, untuk memastikan kebenaran kabar yang didapat di media sosial.

“Jika mendapatkan informasi, tentunya kita harus tetap mewaspadai. Namun jangan sampai terprovokasi jika mendapat informasi yang belum tau arah kebenarannya,” imbaunya.

Selain itu, ia menambahkan, agar masyarakat tidak melakukan tindakan anarkis seperti main hakim sendiri.

“Masih ada cari lain yang bisa ditempuh untuk menyelesaikan permasalahan,” ucap Ramlana.

Terkait nyawa yang melayang dengan mudahnya dalam pengeroyokan terhadap Maman, ia berjanji segera mengambil tindakan melalui rapat Forkopimda.

“Dan kita melihat perkembangan fakta yang ada yang saat ini sedang diproses Polres Mempawah,” pungkasnya.

Penganiayaan oleh massa ini tak hanya terjadi di Amawang. Seorang pengamen asal Mojokerto, Jawa Timur, bernama Muhammad Arif Rahman Hakim bernasib serupa.

Pria 32 tahun itu babak belur dihakimi warga di depan warung simpang PT SAM, Dusun Mulung, Desa Lengkenat, Kecamatan Sepauk, Jumat (24/3) sekitar pukul 22.30.

Ratusan orang di Desa Amawang, Kecamatan Sadaniang, Mempawah, Kalbar, menghajar Maman Sudiman, 50, hingga tewas.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News