Hepatitis Habis

Oleh: Dahlan Iskan

Hepatitis Habis
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

''Tidak boleh berhenti,'' kata dokter itu. Tegas. Pasti. Tidak bisa ditawar. ''Takut apa?'' tanyanya.

Saya gelagapan menjawabnya. Harus cari alasan yang tepat. Tidak baik untuk mengatakan "atas saran dokter saya di Indonesia"

Juga tidak masuk akal kalau saya beralasan ''Rp 5 juta sebulan''.

Saya temukan jawaban itu: ''Saya takut efek sampingnya,'' jawab saya sekenanya.

"Ini Baraclude dosis yang paling kecil. Hanya 0,5 mg. Tidak pantas ditakutkan,'' katanya.

Sejak itu saya meneguhkan tekad: tidak akan mengajukan usul seperti itu lagi. Tidak akan berhenti minum obat itu. Seumur hidup.

Pun, setelah saya hitung: selama 17 tahun terakhir Baraclude yang saya minum sudah senilai sekitar Rp 1,2 miliar.

Dan itu masih belum obat yang termahal. Masih ada satu obat lagi yang harus saya minum seumur hidup: Immunosuppression. Untuk menurunkan imunitas. Agar hati orang lain itu tidak ditolak oleh badan saya.

Saya harus ke Tianjin gara-gara ini: kehabisan Baraclude. Dulu pernah ada dijual di Surabaya. Atau di Jakarta. Kini tidak ada lagi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News