Hindari Dampak Sanksi AS, Rusia Ajak Tiongkok Tinggalkan Dolar

Hindari Dampak Sanksi AS, Rusia Ajak Tiongkok Tinggalkan Dolar
Uang dolar AS. Ilustrasi Foto: AFP

Yaitu, mencapai USD 108 miliar atau setara dengan Rp 1.500 triliun. Namun, hanya 10–12 persen dari nilai perdagangan tersebut yang menggunakan mata uang milik Rusia maupun Tiongkok.

Moskow dan Beijing tak puas dengan angka itu. Mereka ingin meningkatkan persentase penggunaan yuan dan rubel secara signifikan.

Pun demikian dengan penggunaan mata uang negara lain untuk perdagangan dan investasi. Intinya, tak lagi bergantung pada dolar AS.

’’Kami tak ingin menderita karena penggunaan satu mata uang saja (dolar AS Red),’’ tegasnya.

Versi Denisov, negara-negara lain juga mengerita akibat dominasi dolar dalam perdagangan.

Banyak perusahaan dari berbagai negara yang menyuarakan ketidakpuasan mereka karena aturan ketat yang diterapkan untuk mekanisme pembayaran dengan menggunakan mata uang AS.

’’Semua orang ingin mengurangi ketergantungannya (terhadap dolar AS Red),’’ ujarnya.

Tiongkok adalah mitra dagang terbesar Rusia. Sebaliknya, Rusia adalah partner dagang terbesar kesepuluh bagi Tiongkok.

Rusia dan Tiongkok berusaha mengurangi dominasi dolar Amerika Serikat (AS) dengan cara menggunakan lebih banyak mata uang yuan ataupun rubel.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News