Holding BUMN Bakal Ganggu Keuangan PGN

jpnn.com, JAKARTA - Koordinator Indonesia Energy Watch (IEW) Adnan Rara Sina mengatakan, pengalihan 57 persen saham negara di PT Perusahaan Gas Negara (PGN) ke PT Pertamina (Persero) dalam rangka holding BUMN migas harus ditolak.
Menurut dia, PGN merupakan perusahaan yang sangat sehat. Pada 2017 lalu, PGN meraup laba USD 150 juta.
Di sisi lain, sambung Adnan, Pertamina justru merugi hingga Rp 17 triliun.
"Indikasi yang ada holding BUMN migas antara PGN dan Pertamina ini hanya untuk menutup kerugian yang ada di Pertamina. Jadi, bukan untuk efisiensi dan tidak ada nilai tambah bagi negara dan rakyat sebagai pemegang saham mayoritas," kata Adnan, Rabu (24/1).
Jika holding tetap dibentuk, kata Adnan, berbagai persoalan di internal Pertamina harus diperbaiki terlebih dahulu.
Sebagai perusahaan tertutup, Pertamina sampai saat ini masih sangat rawan dengan campur tangan aktor-aktor di luar manajemen perusahaan.
Tidak hanya dalam berbagai mekanisme pengambilan keputusan internal perusahaan, tapi juga tender-tender project di Pertamina.
Selain itu, sebut Adnan, Pertamina belum pernah diuji kinerja keuangannya secara publik.
pengalihan 57 persen saham negara di PT Perusahaan Gas Negara (PGN) ke PT Pertamina (Persero) dalam rangka holding BUMN migas harus ditolak.
- PGN Mampu Jaga Kinerja Operasional dan Ketahanan Energi Nasional di Kuartal I 2025
- 5 Berita Terpopuler: Info Terbaru BKN soal Tes PPPK, Ada yang Mengundurkan Diri, Ribuan Orang Menolak
- Jelang Musim Haji 2025, Pertamina Siapkan Ketersediaan 95.700 Kiloliter Avtur
- PGE Raih Pendapatan USD 101,51 Juta di Kuartal I 2025, Dorong Ekosistem Energi Berkelanjutan
- SMEXPO Kartini 2025 Dorong Pertumbuhan Mitra Binaan Pertamina
- Momen KSAL Minta Tunggakan BBM TNI AL Rp 2,25 T ke Pertamina Diputihkan