Holding Tambang Dibentuk 2017, Inalum Jadi Induk
Selain itu, juga untuk menjalankan program hilirisasi dan peningkatan kandungan lokal, serta menjadi salah satu perusahaan kelas dunia.
Deputi BUMN Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Fajar Harry Sampurno mengatakan, pembentukan holding ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemasukan negara dari pajak, royalti, dan dividen.
Saat ini, kata Fajar, total aset, liabilitas, dan ekuitas dari perusahaan-perusahaan tadi adalah Rp 106 triliun, Rp 24 triliun, dan Rp 82 triliun.
Selanjutnya, perusahaan gabungan itu akan membangun industri tambang hulu ke hilir, mengurangi impor bahan baku industri, serta meningkatkan nilai tambahnya.
Inalum, misalnya, akan fokus meningkatkan produksi alumunium dari 240 ribu ton per tahun menjadi 500 ribu ton pada tahun 2021.
Inalum juga akan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai USD 3 miliar atau sekitar Rp 39,9 triliun sampai 2021.
"Ini bukan hanya pakai dana Inalum, tetapi kami juga pakai dana luar, pinjaman dan penerbitan obligasi," ujar Direktur Keuangan Inalum Oggy Achmad Kosasih. (ers)
Induk usaha (holding) sektor pertambangan dipastikan akan terbentuk tahun ini.
Redaktur & Reporter : Ragil
- Begini Cara ASDP Mengatasi Kemiskinan Ekstrem di Lampung Selatan
- Srikandi BUMN Gelar Edukasi Terkait Investasi Properti
- Pupuk Indonesia Sebut KAWFEST 2024 Gairahkan Ekonomi Kreatif Indonesia
- Dukung Pengembangan UMKM, Karya Nyata Fest Vol 6 Pekanbaru Cetak Rekor 30 Ribu Pengunjung
- Begini Cara Erick Thohir Berdayakan UMKM Lokal Naik Kelas
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional