Homestay untuk Desa Wisata

Homestay untuk Desa Wisata
Menteri Pariwisata Arief Yahya. Foto: dokumen JPNN.Com

Coba kita sedikit berhitung. Kalau pukul rata setiap hotel memiliki 100 kamar, maka untuk mewujudkan target di atas kita butuh setidaknya 1000 hotel. Ambil contoh hotel chain terbesar -salah satunya Accor Group- hanya mampu membangun sebanyak 100 hotel hingga 5 tahun ke depan. Ambil rata-rata per hotel memiliki 200 kamar, maka Accor hanya mampu menyediakan 20.000 kamar.

Itu satu isu. Isu yang lain, hotel chain seperti Accor Group tentu saja tak mau membangun hotel di sembarang lokasi. Ia akan membangun hotel di kota-kota besar dengan pasar yang sudah terbentuk. Sementara itu kita justru ingin membangun hotel-hotel di seluruh Indonesia, langsung saya sebut saja di desa-desa wisata.

Untuk mensolusikan dua isu tersebut kita perlu terobosan dalam menyediakan akomodasi. Ingat, hasil yang luar biasa hanya bisa diperoleh dengan cara yang tidak biasa.

Terobosan yang bisa kita lakukan adalah dengan membangun homestay. Karena skalanya kecil, membangun homestay akan lebih mudah dan lebih fleksibel dibandingkan membangun hotel. Pembangunan homestay juga bisa tersebar di berbagai destinasi wisata di seluruh pelosok Tanah Air karena nantinya homestay tersebut akan dimiliki oleh masyarakat di sekitar destinasi wisata.

Ambil contoh di sebuah desa di Ende Flores yang letaknya jauh terpencil namun memiliki atraksi wisata yang luar biasa. Di lokasi ini kita akan relatif sulit menarik investor untuk membangun hotel dengan 100 kamar.

Namun tidak demikian halnya dengan homestay. Membangun 100 homestay relatif lebih mudah dibandingkan membangun satu hotel 100 kamar. Misalnya kita memerlukan lahan sekitar 1 hektar.  Katakan sekitar 30% dari lahan tersebut disisihkan untuk fasilitas umum, maka masih ada 7000 m2 yang bisa dikaveling-kaveling untuk dijadikan 100 homestay type LT/LB berukuran 70/36 m2, yang  pembangunannya-pun dapat dilakukan secara bertahap.

Skema Pembiayaan
Tadi saya katakan bahwa masyarakat setempat akan berkesempatan untuk memiliki homestay-homestay yang dibangun. Lalu bagaimana caranya? Agar mereka bisa memiliki, maka kuncinya adalah di pembiayaan. Skemanya ada dua jenis, yaitu subsidi dan non-subsidi.

Untuk skema subsidi, karena homestay ini sekaligus merupakan bagian dari  upaya untuk membangun rumah untuk rakyat, maka pemerintah harus memberikan subsidi. Untuk itu kita bekerjasama dengan BTN dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

JAKARTA – Pekan ini, Minggu ke-2 Bulan November 2016, Menteri Pariwisata RI Arief Yahya mengeluarkan CEO Message yang ke-15. Saat rapat pimpinan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News