Homestay untuk Desa Wisata

Homestay untuk Desa Wisata
Menteri Pariwisata Arief Yahya. Foto: dokumen JPNN.Com

Di sini BTN akan menyalurkan sumber dana untuk pembiayaan homestay tersebut dengan skema Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menggunakan sistem Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Untuk skema subsidi ini homestay yang dibangun haruslah menggunakan desain hasil Sayembara Desain Arsitektur Nusantara.

Kurang lebih skema pembiayaannya adalah sebagai berikut. Misalnya harga homestay type 70/36 adalah Rp 125 juta, maka agar terjangkau, uang mukanya sekitar 1% dari nilai rumah, dengan bunga fix sekitar 5%, tenornya bisa mencapai 20 tahun.  Dengan demikian cicilannya relatif ringan di bawah Rp 1 juta per bulan, katakanlah Rp 800 ribu.

Kalau homestay tersebut disewakan dengan harga Rp.150 ribu, maka dengan 4 kali weekend (8 hari sewa) pemilik homestay akan bisa mendapatkan Rp 1,2 juta per bulan. Kalau diambil nilai aman 80%, maka si pemilik masih mendapatkan Rp 960 ribu per bulan, sehingga masih feasible.

Itu belum memasukkan pemasukan untuk weekdays. Anggaplah pemasukan di weekdays adalah bonus. Dengan perhitungan sederhana tersebut terlihat bahwa perhitungannya masuk dan prospeknya cukup menjanjikan bagi pemilik homestay.    

Itu untuk yang subsidi. Bagaimana dengan yang non-subsidi? Dengan prospek yang cukup menjanjikan tersebut, untuk beberapa daerah, skema commercial loan sesungguhnya tidak menjadi masalah karena masih cukup menguntungkan.

Untuk yang non-subsidi, mungkin luasan homestay bisa lebih fleksibel, desainnya bisa disesuaikan dengan kebutuhan, atau bisa juga homestay-nya merupakan renovasi dari rumah yang sudah ada.

Rekan-rekan Kemenpar, kita akan menjadikan pembangunan 100 ribu homestay yang akan kita mulai tahun depan sebagai momentum untuk mendorong terwujudnya low-cost tourism. Seiring dengan pembenahan access dan digitalisasi melalui platform ITX, kita ingin menjadikan homestay sebagai katalisator bagi terwujudnya pariwisata sebagai basic needs. Itu sebabnya kita menempatkan airlines (access), digitalisasi, dan homestay sebagai program utama kita tahun depan.

Dengan konsep low-cost tourism yang diimplemantasikan melalui pembangunan homestay untuk desa wisata ini, akan menjadikan pariwisata sebagai basic needs.

JAKARTA – Pekan ini, Minggu ke-2 Bulan November 2016, Menteri Pariwisata RI Arief Yahya mengeluarkan CEO Message yang ke-15. Saat rapat pimpinan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News