Honor Belum Dibayar, Guru Akidah Rela Nyambi Ngojek Hingga Kuli Angkut Padi

Honor Belum Dibayar, Guru Akidah Rela Nyambi Ngojek Hingga Kuli Angkut Padi
Ilustrasi. Foto: dok/JPNN.com

Tito mengaku sudah bosan mendengar janji-janji dari pihak pemerintah. Sebelumnya pernah dijanjikan sebelum Idul Fitri 2015, tapi hingga kini tidak terbukti. Padahal, banyak guru yang sudah menggadaikan SK honorer ke pihak bank.

“Mungkin gara-gara ini, pihak bank juga sudah tidak percaya kepada kami guru honorer. Tapi untuk dapat uang besar tak ada pilihan lain selain menggadaikan SK, rata-rata seperti itu,” sambungnya.

Bahkan, kondisi ini dipandang seorang guru honorer lainnya sebagai tindakan yang diskriminatif terhadap lembaga madrasah. Sebab kata dia, sekolah lainnya yang tidak berlabel madrasah tetap lancar.

“Ini sudah tindakan diskriminatif terhadap madrasah. Terjadi sistematis. Sekolah lain tidak seperti ini. Bahkan alasannya kenapa begini tidak jelas. Kami juga tidak tahu apakah ini hanya terjadi di Subang,” tutur seorang guru yang enggan disebutkan namanya.

Padahal kata dia, peran sekolah madrasah sangat besar dalam mendidik anak. Terutama dalam pendidikan Islam. Sejalan dengan amanat UU Sisdiknas dalam upaya membentuk siswa berkarakter. “Coba lihat mana ada anak madrasah tawuran. Tapi kenapa perlakuan pemerintah terhadap kami ini berbeda,” pungkasnya.

Sebelumnya, para guru honor madrasah di Subang pernah mendatangi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Subang pada Juli 2015 lalu. Mereka hanya mendapat jawaban bahwa dana dari pusat belum ditransfer ke Kabupaten Subang.(*/man/adk/jpnn)

TITO Taqiyudin (35), guru honor di MTs/MA Darul Ikhlas, Desa Caracas, Kecamatan Kalijati, Subang harus kerja sambilan demi memenuhi kebutuhan hidupnya.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News