Honorer K2 Takut Mengikuti Seleksi Terbuka Guru PPPK, Mengapa?

Honorer K2 Takut Mengikuti Seleksi Terbuka Guru PPPK, Mengapa?
Korwil PHK2I (Perkumpulan Honorer K2 Indonesia) DKI Jakarta Nur Baitih. Foto: Ricardo/JPNN.com

Namun, guru honorer K2 jangan disamakan dengan sarjana yang baru lulus alias fresh graduate.

Para honorer K2 itu juga harus bersaing dengan guru swasta, sehingga peluang honorer K2 makin kecil.

"Sebenarnya niat tidak sih bikin kebijakan?. Kalau niat harusnya dikaji, harus ada prosedurnya. Berikan kesempatan guru yang mengajar di sekolah negeri khususnya honorer K2 yang memang usianya di atas 40 tahun semua," bebernya.

Setelah kuota masih ada, lanjut Nur, berikan kepada honorer nonkategori negeri, swasta atau yang fresh graduate.

Bagi sarjana yang baru lulus, usianya muda atau guru honorer di sekolah swasta dengan usia di bawah 35 tahun, mestinya ikut tes CPNS.

"Hargailah kami yang mengabdi lama yang sudah usia kritis juga. Kami bertahun-tahun mengharapkan sertifikasi seperti guru di swasta tetapi guru honorer K2 diperlakukan seperti anak tiri," keluhnya.

Dengan rekrutmen seperti itu,  Nur yakin honorer K2 atau non-K2  yang usianya di atas 40 tahun bakal menangis karena tidak bisa lulus.

Apalagi sistem ujiannya harus pakai computer assisted test (CAT). Nur yakin banyak honorer K2 yang belum mahir menggunakan komputer sehingga sulit menjawab soal. Pegang mouse komputer saja banyak yang bingung.

Nnur Baitih menilai rekrutmen 1 juta guru PPPK yang akan dilakukan secara terbuka, kesempatan honorer K2 makin tipis.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News