Horvath Pilz Eva Gertraud, Mantan Aktris Austria Dalami Budaya Jawa di Surakarta
Tinggalkan Keluarga, Kini Hidup Sebatang Kara
Senin, 31 Desember 2012 – 07:05 WIB
Hampir di seluruh sudut ruangan dipasang gambar tokoh pewayangan. Misalnya, Semar, Rama, Krisna, dan Hanoman. Tak ketinggalan satu lemari kecil tempat menyimpan buku sejarah, buku berbahasa Inggris, Prancis, dan Jerman.
Baca Juga:
Secara fisik, Eva sudah menurun. Untuk berjalan, dia agak sulit karena mengalami pegal-pegal di bagian pinggul. Namun, pendengaran, penglihatan, ingatan, dan gaya bicara perempuan kelahiran 6 Juli 1938 itu masih sempurna. "Kok tahu saya di sini dari siapa," tanyanya. Setelah dijelaskan maksud kedatangan Jawa Pos Radar Solo, Eva antusias me-rewind memorinya.
Dia menuturkan, kali pertama datang di Indonesia pada 1982 saat liburan. Kala itu, Eva menyaksikan langsung kekayaan alam dan budaya Indonesia. Termasuk pementasan wayang kulit. "Itu pertama saya melihat wayang kulit. Tidak tahu bahasanya, tapi mengerti gerakannya. Saya tertarik dan terus menonton dari malam sampai pagi," kata perempuan yang kini tinggal sebatang kara di Solo itu.
Sayangnya, jatah liburan selama dua bulan di Indonesia habis. Eva pun harus kembali ke negaranya. Namun, setahun di Austria Eva merasa tidak betah. Menurut dia, "Jawa" telah merasuki jiwanya.
DATANG ke Indonesia sebagai turis biasa 30 tahun silam, Horvath Pilz Eva Gertraud mendadak terpikat budaya Jawa. Layaknya wisatawan, kala itu warga
BERITA TERKAIT
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor
- Pesantren Ala Kadarnya di Pulau Sebatik, Asa Santri di Perbatasan Negeri