Ibrahim

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Ibrahim
Salah seorang calon haji asal Pamekasan, Madura dari Kloter 23 Embarkasi Surabaya (SUB 23) Agus Subagio mengisi waktu menjelang wukuf di Arafah, Jumat (8/7/2022) dengan membaca zikir . (ANTARA/Desi Purnamawati)

Seorang anak remaja yang tumbuh gagah dan menyenangkan, kasih sayang Ibrahim tercurah kepada anaknya.

Akan tetapi, Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih anaknya, untuk mengorbankan harta yang paling dicintainya.

Manusia modern diperbudak oleh harta, kemewahan, jabatan, kekuasaan, dan status-sosial. Itulah ‘’ismail-Ismail modern’’ yang harus disembelih.

Ibrahim ayah yang demokratis. Ia bertanya bagaimana pendapat anaknya mengenai perintah penyembelihan dari Allah.

Ismail, generasi milenial yang menghormati ayahnya, yakin akan kebenaran perintah itu dan bertawakal untuk menerima konsekuensinya.

Ketika Ismail sudah tertelentang dan belati Ibrahim siap menggorok leher anaknya, ternyata belati itu tidak bisa menebas leher Ismail. Tetiba muncul seekor domba sebagai pengganti.

Ibrahim lolos dari vonis mati pembakaran, Ismail lolos dari penyembelihan.

Dari Ismail kemudian berkembang biaklah klan Ibrahim menyebar dalam jumlah yang sangat banyak sebanyak ‘’butir pasir di pantai’’.

Ibrahim menjadi bapak yang melahirkan agama-agama langit atau samawi, Yahudi, Nasrani, dan Islam.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News