Idulfitri dan Transformasi Takwa

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Idulfitri dan Transformasi Takwa
Idulfitri. Foto (ilustrasi): Ricardo/JPNN

Jumlah yang besar sangat penting, tetapi, Rasulullah sudah mewanti-wanti jangan sampai terlena oleh kuantitas yang besar sehingga lalai memperhatikan kualitas.

Ulama besar Indonesia Haji Abdul Malik Karim Amrullah -lebih dikenal sebagai Buya Hamka, mengatakan bahwa jika ingin menyaksikan orang Islam maka lihatlah pada saat salat Id. Namun, kalau ingin menyaksikan orang mukmin lihatlah pada saat salat Subuh.

Ini menunjukkan beda antara orang Islam dan orang beriman. Mereka yang mengaku Islam belum tentu sudah memiliki iman di dadanya (QS Al-Hujurat ayat 14).

Salat subuh berjemaah dan juga salat Isya berjemaah menjadi indikasi keimanan seseorang.

Rasulullah mengetes keimanan pada sahabat dari salat Isya dan Subuh.

Siapa yang tidak berjemaah pada dua saalat itu dikecam oleh Rasulullah sebagai orang munafik, yang layak dihukum dengan dibakar rumahnya.

Jumlah umat Islam yang besar tidak menjadi jaminan kualitas. Justru jumlah yang besar itu tidak akan ada artinya dan hanya akan menjadi objek kelompok lain kalau tidak mempunyai landasan iman yang kuat. Umat Islam hanya akan menjadi buih di lautan yang terombang-ambing kesana kemari.

Suatu hari, di tengah kerumunan para sahabat, Nabi Muhammad SAW bertutur soal kondisi umat Islam akhir zaman.

Jika ingin menyaksikan orang Islam, lihatlah pada saat salat Id. Jika pengin lihat orang mukmin lihatlah pada saat salat Subuh.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News