Idulfitri dan Transformasi Takwa

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Idulfitri dan Transformasi Takwa
Idulfitri. Foto (ilustrasi): Ricardo/JPNN

Rasul mengatakan, umatku nanti dikepung oleh musuh-musuh dari berbagai sisi, bagai hidangan yang siap disantap oleh orang-orang lahap yang mengitarinya. Para sahabat pada merunduk sedih, lalu sebagian ada yang menanyakan: "..am min qillah nahnu ya Rasulallah?" Apa karena jumlah kami sangat minoritas? Rasul: "Oh tidak, jumlah kalian banyak sekali, kalian mayoritas, tetapi rapuh seperti buih di atas air sesuai kemauan air. "ghutsa' ka ghutsa' al-sail".

Mengapa umat Islam yang mayoritas di negeri sendiri menjadi begitu rapuh dan dikuasai oleh minoritas? Rasul menjelaskan: "Kalian terserang penyakit Wahan". Para sahabat bertanya: "Apakah wahan itu ya Rasulallah?" Rasul menjawab: "Hubb al-dunya wa karahiyah al-maut". Kalian terlalu senang dunia dan takut kematian".

Banyak interpretasi pada hadis ini. Pendapat ulama paling umum adalah, umat Islam ketika itu kurang militan, kurang berpegang pada prinsip keimanan, kurang berjihad membela agama secara proporsional dan bijak. Lemah menghadapi nonmuslim, mengalah dan akhirnya tidak disegani oleh lawan.

Hubb al-dunya, umumnya dimaknai bahwa banyak tokoh yang suka bermewah-mewah, sehingga lemah dalam kepemimpinan. Mereka lemah iman dan lemah prinsip. Itulah yang dikhawatirkan Nabi.

Virus Wahan ini sekarang menjadi pandemi yang menyerang umat Islam di mana-mana terutama di Indonesia. Virus Wahan jauh lebih dahsyat ketimbang Virus Wuhan yang melahirkan pandemi Covid-19.

Virus Wuhan bisa diatasi dengan melakukan prokes ketat. Virus Wahan juga bisa diatasi dengan melakukan prokes jaga jarak dan selalu membersihkan tangan dari ‘’hubb al-dunya’’ yang berlebihan.

Hubb al-dunya itu sekarang disebut sebagai hedonisme, mengejar kenikmatan dunia dengan segala cara. Hedonisme adalah penyakit yang dibawa oleh ideologi utilitarianisme yang sekuler.

Utilitarianisme yang diperkenalkan oleh failasuf Inggris Jeremy Bentham mengajarkan cara untuk mengejar kenikmatan dunia semaksimal mungkin, dengan modal seminim mungkin, tanpa mempedulikan kepentingan orang lain.

Jika ingin menyaksikan orang Islam, lihatlah pada saat salat Id. Jika pengin lihat orang mukmin lihatlah pada saat salat Subuh.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News