Ikut Berduka, Siswa SMP Gantung Diri Setelah Keluhkan Banyaknya Tugas PJJ

Ikut Berduka, Siswa SMP Gantung Diri Setelah Keluhkan Banyaknya Tugas PJJ
Ilustrasi gantung diri. Grafis: Sultan Amanda Syahidatullah

jpnn.com, JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyampaikan duka mendalam atas tewasnya seorang siswa di salah satu SMP di Tarakan, Kalimantan Utara.

Pelajar berusia 15 tahun itu ditemukan sudah tak bernyawa akibat gantung diri di kamar mandi tempat tinggalnya pada Selasa (27/10) lalu. Program pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama pandemi Covid-19 diduga menjadi salah satu pemicunya.

KPAI mencatat ini adalah kasus ketiga pelajar meninggal dengan faktor utama penyebabnya karena beratnya menjalani PJJ. Yang pertama siswi SD (8) yang dianiaya saat PJJ, dan kedua siswi SMA di Gowa bunuh diri dengan menenggak racun.

"PJJ kembali memicu depresi, siswa  SMP di Tarakan akhiri hidupnya. KPAI menyampaikan duka mendalam," kata Komisioner KPAI Retno Listyarti dalam keterangan di Jakarta, Jumat (30/10).

Bagi Retno, tewasnya siswa yang berusia 15 tahun tersebut mengejutkan. Apalagi pemicu korban bunuh diri adalah banyaknya tugas sekolah daring yang menumpuk.

Konon, tugas-tugas PJJ itu belum dikerjakan korban sejak tahun ajaran baru. Padahal syarat mengikuti ujian akhir semester adalah mengumpulkan seluruh tugas tersebut.

"Kasus bunuh diri bukan sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba. Melainkan adanya akumulasi dan rentetan panjang yang dialami individu tersebut dan dia tidak kuat menanggungnya sendirian," jelas Retno.

Mantan kepala SMAN 3 Jakarta ini menyebutkan, sebenarnya kondisi PJJ sudah berlangsung lama. Artinya, sudah banyak yang mulai bisa beradaptasi. Namun, ada juga yang justru makin terbebani. Salah satunya adalah siswa SMP di Tarakan tersebut.

Kalau dihitung, jumlah tugas siswa SMP ini memang bisa bikin depresi, apalagi sudah mendekati ujian akhir semester.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News