Ikut Cucu

Oleh: Dahlan Iskan

Ikut Cucu
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Kalau saja saya bisa, sudah saya gendong, tetapi saya masih harus menggendong cucu yang paling kecil.

Baca Juga:

Sejak itu saya merasa bersalah –mengajaknyi jalan jauh. Sejak itu lututnyi kian sakit. Berbagai pengobatan tidak meredakannya. Akhirnya dia mau operasi. Berhasil. Akan tetapi hanya yang kanan.

Sampai 7 tahun kemudian masih takut operasi yang kiri. Namun, dia ingin kumpul cucu. Lengkap.

Waktu hari pertama ikut ke Universal Beijing tidak ada masalah: ada persewaan kursi roda. Murah. Hanya 100 yuan, dengan deposito 500 yuan. Beres.

Saya jadi pendorong kursi –bergantian dengan cucu dan anak.

Hari kedua mereka ingin ke Tian An Men dan Istana Terlarang. Saya ingat apa yang terjadi 10 tahun lalu. Maka saya cegah istri. Jawabnyi itu tadi. Ingin kumpul cucu-cucu yang lucu.

Tidak ada jalan lain: malam itu juga saya putuskan beli kursi roda. Yang paling sederhana saja. Ada teman di Beijing yang bisa membelikannya secara online. Malam itu juga bisa diantar ke hotel.

Dengan kursi roda itu saya bisa keliling Istana kuno itu tuntas. Dari depan sampai taman di belakang. Waktu dengan istri dulu hanya lihat separo.

Mereka baru kali pertama naik kereta cepat sejauh itu: 4,5 jam. Sejauh Jakarta-Medan atau Jakarta-Makassar. Dalam hidup sesekali ikut maunya cucu. Kecuali satu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News