Ilmuwan Perempuan yang Berkeluarga Sulit Mendapat Kesetaraan Karir

Ia mengatakan, lembaga donor penelitian perlu menyadari bahwa penilaian terhadap penelitian saat ini, secara langsung sungguh diskriminatif terhadap perempuan.
"Mereka harus mengubah tahapannya. Anda tak bisa hanya melihatnya dari jumlah publikasi, dan Anda harus bisa memiliki jeda karir," utaranya.
Sekitar 61% responden dalam survei itu mengatakan bahwa mereka percaya bekerja paruh waktu memiliki dampak negatif pada karir mereka.
"Banyak dari sistem ilmu benar-benar bekerja melawan jam kerja yang fleksibel atau kerja paruh waktu," sebut Chris.
Ia lantas menerangkan, "Seperempat dari mereka yang bekerja paruh waktu mengatakan, mereka diabaikan untuk promosi dan banyak yang mengatakan mereka dikeluarkan dari pekerjaan karena mereka adalah bekerja paruh waktu.”
"Hingga masalah tersebut diatasi, para perempuan tidak akan mendapatkan kesempatan karir yang sama," lanjutnya.
Chris mengatakan, para perempuan menjelaskan bahwa mereka merasa seperti harus selalu membuktikan diri, sedangkan -seringkali –apapun yang dilakukan rekan pria mereka diterima begitu saja.
"[Dalam survei] 41% mengatakan, mereka cenderung kurang disimak jika mereka adalah perempuan di bidang teknik. Perusahaan harus menghadapi hambatan budaya ini," pintanya.
Hasil survei terbaru menunjukkan, sepertiga dari ilmuwan dan insinyur perempuan Australia menganggap prospek karir mereka begitu suram sehingga mereka
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Mungkinkah Paus Baru Datang dari Negara Non-Katolik?
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina