Imlek Pandemi

Oleh: Dahlan Iskan

Imlek Pandemi
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Sudah dua tahun ini tahun baru Imlek dalam suasana duka: pandemi Covid-19. Tapi tetap saja orang harus mengatakan ???? (xin nian kuai le): berbahagialah di tahun baru. Atau ????(gong xi fa cai): selamat menuju kemakmuran.

Berbeda dengan tahun baru Masehi, di malam tahun baru Imlek tidak ada perayaan. Semua keluarga Tionghoa harus kumpul di rumah: makan-makan. Sebelum makan-makan sebaiknya sembahyang ke para leluhur. Menu wajib makan tadi malam: babi kecap, ikan, tahu, dan mie.

Lalu, pagi ini, kegiatan utama orang Tionghoa: bagi-bagi hong bao (ang pao). Yakni amplop merah. Bukan amplopnya yang penting, tapi isinya: uang.

Orang yang lebih tua memberi hong bao pada anak-anak atau keponakan-keponakan. Kakek-nenek memberi hongbao pada cucu-cucu.

Sehari ini yang lebih muda dan anak-anak berkunjung ke orang yang dituakan. Sambil berharap dapat ang pao.

Yang tidak boleh berharap dapat ang pao adalah: mereka yang sudah menikah.

Begitu banyak aturan di sekitar tahun baru Imlek. Beda asal beda kebiasaan. Yang leluhurnya Hokkian beda dengan yang Guangdong. Yang Tiuchu beda dengan yang Hakka.

Hari ini, misalnya, umumnya tidak boleh bersih-bersih. Tidak boleh menyapu. Tidak boleh ganti sprei. Kalau terpaksa menyapu arah sapunya harus ke dalam. Agar rejeksi tidak keluar.

Di Indonesia, shio naga dimiliki oleh Presiden Gus Dur. Tiga presiden lainnya sama: Bung Karno, SBY, dan Jokowi, sama-sama bershio kerbau.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News