Impor Beras 500 Ton, Pemerintah Lupa Nasib Petani?

Impor Beras 500 Ton, Pemerintah Lupa Nasib Petani?
Beras di gudang Bulog. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR Jazuli Juwaini mengkritisi keputusan pemerintah yang melakukan impor 500 ribu ton beras dari Vietnam dan Thailand untuk menstabilkan harga di pasaran.

Jazuli mengatakan berdasarkan data yang ada produksi beras nasional sebenarnya mengalami surplus.

Bahkan, kata dia, Menteri Pertanian Amran Sulaiman juga mengakui bahwa Indonesia mengalami surplus beras.

Jazuli mengakui kenaikan harga beras tingkat medium dan premium di pasar dalam beberapa waktu terakhir telah meresahkan masyarakat.
Karena itu, memang sudah menjadi tugas pemerintah untuk segera mengendalikan laju kenaikan harga beras tersebut karena jika dibiarkan akan berdampak inflasi yang pada akhirnya semakin membebani rakyat.

Tapi, di tengah surplus beras petani di berbagai daerah yang Januari-Februari ini memasuki masa panen, kebijakan impor beras jelas bukan solusi melainkan semakin menekan petani.

Maka, wajar sejumlah pemerintah daerah dan petani lokal serempak menolak masuknya beras impor tersebut.

"Kenaikan harga beras di tengah surplus produksi beras di berbagai daerah ini jelas menunjukkan ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan harga dan pasokan perberasan nasional," katanya, Minggu (14/1).

Menurut Jazuli, solusi instan yang diambil pemerintah dengan melakukan impor menunjukkan tata niaga perberasan yang sangat buruk. Jazuli mengatakan, pemerintah lemahb dalam koordinasi dan supervisi sehingga tidak mampu mengintervensi pasar dan mengendalikan stok pangan yang ada di pasar.

Pemerintah berencana mengimpor beras 500 ton dari Thailand dan Vietnam pada akhir Januari.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News