Indonesia Butuh Investasi Besar untuk Menggenjot Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia Butuh Investasi Besar untuk Menggenjot Pertumbuhan Ekonomi
Ketua Dewan Direktur Center of Information and Develompment Studies (CIDES). Foto: dok pribadi for Jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Dalam lima tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh rata-rata lima persen per tahun. Angka ini telah menempatkan Indonesia di posisi kedua sebagai negara dengan petumbuhan ekonomi tertinggi di antara negara-negara G20.

Namun saat ini ada tantangan baru bagi perekonomian Indonesia tidak saja berupa jebakan negara dengan pendapatan menengah, tetapi juga perlambatan ekonomi dunia karena perang dagang AS-Tiongkok dan wabah virus Covid-19 yang menekan perkembangan ekonomi

Menurut Ketua Dewan Direktur Center of Information and Develompment Studies (CIDES) Umar Juoro, agar Indonesia bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah, maka pertumbuhan ekonomi tersebut harus digenjot.

“Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi mencapai rata-rata 6 persen perlu adanya investasi yang juga meningkat. Agar ekonomi tumbuh sebesar 5,7-6 persen per tahun, diperlukan pertumbuhan investasi sebesar 8-9 persen. Sementara untuk tumbuh lebih tinggi lagi, diperkirakan memerlukan pertumbuhan investasi di atas 10 persen atau minimal dua digit,” jelas Umar Juoro.

Selama kurun waktu 2015 hingga 2019, pertumbuhan investasi nasional hanya sekitar 7,94 persen. World Economic Forum bahkan menyebutkan jika daya saing Indonesia kini turun. Menurut laporan WEF daya saing Indonesia turun dari 45 ke-50. Di antara negara tetangga, Indonesia memang di atas Filipina (64), Vietnam (67), India (68) dan Laos (113). Namun angka tersebut di bawah Malaysia (27) dan Thailand (40).

Turunya daya saing ini disebabkan oleh permasalahan struktural. Misalnya prosedur perizinan yang berbelit-belit. Ini juga tercermin dari waktu untuk memulai bisnis di Indonesia yang menduduki peringkat ke-103.

Bahkan biaya untuk memulai usaha, Indonesia mendapat peringkat ke-67. Selain itu indikator kesehatan menempati peringkat ke-96 dari 141 negara terutama karena angka harapan hidup Indonesia menempati posisi ke-95.

Hal itu masih ditambah tingkat pendidikan tenaga kerja yang sebagian besar masih pada tingkat sekolah dasar. Faktor ini menyebabkan Indonesia mendapatkan peringkat ke-92 untuk lama sekolah. Kecakapan tenaga kerja Indonesia saat ini menduduki peringkat ke-36. Namun skor itu cenderung turun karena kemampuan digital yang rendah.

Indonesia kini berada di posisi kedua sebagai negara dengan petumbuhan ekonomi tertinggi di antara negara-negara G20.

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News