Indonesia Disarankan Tiru Swedia & Norwegia untuk Turunkan Prevalensi Merokok

Indonesia Disarankan Tiru Swedia & Norwegia untuk Turunkan Prevalensi Merokok
Ilustrasi rokok elektrik. Foto: Humas Bea Cukai

jpnn.com, JAKARTA - Keberhasilan Swedia dan Norwegia dalam menurunkan prevalensi merokok melalui pemanfaatan produk tembakau alternatif, seperti kantong nikotin, rokok elektronik, dan produk tembakau yang dipanaskan, diharapkan dapat ditiru oleh Indonesia.

Terlebih, prevalensi merokok di Indonesia sudah tinggi, namun pemerintah belum juga memberikan dukungan kuat terhadap pemanfaatan produk tembakau alternatif.

Profesor Tikki Pangestu, mantan Direktur Riset Kebijakan dan Kerja Sama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan dengan memaksimalkan produk tembakau alternatif seperti yang dilakukan Swedia dan Norwegia, Indonesia berpeluang besar untuk menurunkan angka perokoknya.

“Saya sangat terkesan dengan apa yang terjadi di Swedia dan Norwegia. Saya berharap hal itu bisa terjadi di Indonesia,” ucap Tikki.

Pada November 2022 lalu, Pemerintah Swedia telah mengonfirmasi tingkat merokok di negaranya turun menjadi 5,16 persen dari sebelumnya 11 persen pada 2015.

Prestasi tersebut diwujudkan melalui strategi pengurangan bahaya tembakau dengan mamaksimalkan produk tembakau alternatif. Dengan angka tersebut, Swedia menjadi negara bebas asap pertama di Eropa.

Berdasarkan data, Norwegia berhasil menurunkan prevalensi merokok secara signifikan. Pada 2000, prevalensi merokok di Norwegia sebesar 44 persen.

Dalam 20 tahun kemudian, prevalensi merokok di negara ini menjadi 16,20 persen.

Pemerintah Indonesia belum juga memberikan dukungan kuat terhadap pemanfaatan produk tembakau alternatif.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News