Industri Daur Ulang Tidak Pernah Mendapatkan Insentif

Industri Daur Ulang Tidak Pernah Mendapatkan Insentif
Pemulung di Pintu Air Manggarai memilah sampah botol plastik. Foto: ANTARA/Laily Rahmawaty

Namun, lanjutnya, tanpa adanya dukungan yang nyata dari pemerintah, industri daur ulang akan seperti mati suri di tengah kondisi seperti ini dengan adanya covid-19, harga bahan baku virgin plastik yang sangat rendah.

Sebelumnya, Ketua Umum Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) Pris Polly Lengkong mengaku kaget karena relaksasi insentif tidak diberikan kepada industri daur ulang. Padahal industri ini berperan penting dalam menjaga lingkungan.

Makin gawat saja kalau memang pemerintah tak memberikan relaksasi insentif. Karena di industri ini ada ekosistemnya yaitu pemulung, pelapak, dan UKM, kata dia.

Dalam kondisi pandemi Covid-19, Pris poly mengaku banyak menerima keluhan dari pemulung yang tidak bisa jual plastiknya karena banyak pelapak tutup.

Pelapak terpaksa tutup karena UKM dan industri juga untuk sementara tak melakukan pembelian plastik dulu.

Pemulung sebagai garda terdepan pengumpul plastik jelas terkena dampaknya. Mohon kiranya pemerintah dapat mengorek kebijakan tersebut agar industri dan ekosistem daur ulang bisa tumbuh, kata dia.

Ketua Asosiasi Untuk Kemasan dan Daur Ulang Bagi Indonesia yang Berkelanjutan (Packaging and Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment / PRAISE) Karyanto Wibowo, mengatakan ekonomi sirkular sangat erat kaitannya dengan industri daur ulang dan merupakan sistem yang perlu dijaga keberlangsungannya di tengah pandemi Covid-19 ini.

Selama pandemi, konsumsi kemasan plastik tetap berjalan dan kecenderungan semakin meningkat karena kemampuan kemasan plastik untuk menjaga kualitas, higienisnya dan fleksibilitas dalam berbagai jenis aplikasi.

Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) mengeluhkan sikap pemerintah yang tidak memberikan insentif maupun kemudahan terhadap pelaku usaha.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News