Industri Sawit Melawan Konspirasi Internasional

Industri Sawit Melawan Konspirasi Internasional
Joko Supriyono dalam acara Forum Pemred JPNN. Foto: Adrianto/Indopos
:TERKAIT Mereka mengamati pergerakan isu terstruktur yang menghantam sawit setiap dekade. Mereka curiga, kampaye negatif budidaya sawit itu dibekingi pemilik-pemilik komoditas serupa yang tidak mau digeser dominasinya dalam peta perdagangan dunia. Karena hampir semua isu yang dilontarkan, selalu bertolak belakang dengan fakta empirik dan yang juga sudah diverifikasi melalui riset. ’’Akhirnya kami sibuk meng-counter isu dengan riset yang hasilnya kredibel,’’ aku Joko. ’’Tahun 1980, kampanye anti sawit sudah merancang isu, bahwa palm oil (minyak kelapa sawit, red) ini mengandung kolesterol, yang paling banyak membunuh manusia. Sawit dituding sebagai biang kerok dan kambing hitam atas serangan stroke dan jantung koroner. Isu itu sempat merepotkan kami selama 10 tahun,’’ katanya.

Tahun 1990, serangan kedua datang. Isu bergeser, bahwa sawit dianggap sebagai penyebab polusi dan perusak lingkungan nomor wahid di dunia. Lantas dunia mempopulerkan konsep Zero Burning Policy (ZBP). ’’Tema baru itu dilakukan, setelah uji klinis dan medis menyebutkan bahwa sinyalemen sawit sebagai penyebab jantung itu tidak terbukti secara empirik. Celakanya, tahun 2000, mereka makin gencar menuding hutan sawit itu sebagai tersangka habisnya orang utan dan hilangnya bio-diversity,’’ ujar Joko.

 

Nah, tahun 2010, temanya masih soal lingkungan, sawit disebut sebagai penyebab climate change, perubahan iklim dunia. Kalau bermain tinju, isu-isu per sepuluh tahun itu seperti kombinasi pukulan jab, hook dan upper cut saja. Bertubi-tubi dijadikan sasaran jotos, agar industri sawit negeri ini knock out, dan produk mereka melenggang tanpa hambatan. ’’Yang menjadi masalah, kenapa sih pemerintah tidak mau membela? Melawan segala psy war itu? Seolah-olah didikte, agar ikut-ikutan membuat regulasi yang menyusahkan kami?’’ keluh pria berbatik merah itu.

Oke, kita bedah satu-per satu. Betulkah sawit penyebab deforestation atau kehancuran hutan? Pertama, sawit lebih efisien menggunakan lahan, dibandingkan minyak tumbuhan lain seperti soybean oil (minyak kedelai), sunflower oil (minyak bunga matahari), cottonseed (kapok-kapas), rapeseed oil dan groundnuts oil. Sawit hanya memanfaatkan 5 persen dari lahan. Kedelai 41,2 persen, rapeseed dan cottonseed sama-sama 12,7 persen. Sunflower dan Ground nuts, 9,8 dan 9,2 persen. ’’Kami hanya 5 persen dari 243,4 juta ha? Kenapa terus diributkan?’’ tuturnya.

Satu sesi yang sempat membelalakkan mata sekitar 100 pemred JP Group terjadi saat Gabungan Pengusaha Kepala Sawit Indonesia (GAPKI) mengusung tema

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News