Inflasi Tinggi, Konsumsi Rumah Tangga Bisa Tertekan
Sejalan dengan hal itu, Eric melihat adanya risiko pelemahan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada 2017.
’’Hal itu disebabkan tekanan inflasi jika pemerintah terus-menerus menaikkan administered prices,’’ imbuhnya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyatakan, inflasi Mei dipicu kenaikan harga di seluruh kelompok pengeluaran.
Inflasi terbesar terjadi pada kelompok bahan makanan dengan andil 0,17 persen.
Yang naik adalah bawang putih, telur ayam ras, dan daging ayam ras. Disusul komoditas lainnya seperti beras, daging sapi, dan cabai merah.
”Hanya cabai rawit, bawang merah, dan tomat yang deflasi,’’ terang Suhariyanto.
Faktor pendorong inflasi berikutnya adalah perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar dengan andil 0,35 persen.
Kenaikan harga di kelompok pengeluaran tersebut berkaitan dengan penyesuaian tarif dasar listrik (TDL) bagi pelanggan 900 VA.
Inflasi sepanjang Mei lalu sesuai dengan proyeksi Bank Indonesia (BI) dan ekonom, yakni 0,39 persen.
- Naik 12,94 Persen, Ekspor Sumsel Maret 2024 Capai USD 503,09 Juta
- Perum Bulog Mulai Salurkan Bantuan Beras Tahap 2 kepada 269 Ribu Warga Jakarta
- Edukasi Investasi, Bibit.Id Jelaskan 3 Alasan Beli Sukuk Seri ST012
- Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Beri Atensi Perkembangan Harga Sejumlah Komoditas
- Mendagri Tito Ingatkan Pemda Jangan Terlena Meski Inflasi Nasional Terkendali
- 3 Tantangan Pemerintah Setelah Suku Bunga Acuan BI Naik, Wajib Bersiap!